Sunday, 19 February 2017

ROTAN BALANGAN, DULU DAN SEKARANG








  ROTAN BALANGAN, DULU DAN SEKARANG
Balangan sejak dulu sudah dikenal sebagai daerah sentra penghasil rotan di Banua, bahkan menjadi pemasok utama bagi industry kerajinan rotan di Hulu Sungai Utara (HSU).
Bahkan ketika Balangan masih menjadi bagian HSU, di tiap kecamatan ada pengumpul besar berbagai jenis rotan untuk dikirim ke Amuntai, Banjarmasin, dan Kalimantan Tengah.
Menurut salah satu mantan pedagang pengumpul rotan, Haji Sanusi, pada tahun 1990 hingga 2000-an banyak pengumpul rotan yang ada di Balangan. Bahkan menurut warga desa Sungai Katapi ini, hampir tiap desa ada pembeli rotan yang mengumpulkan rotan dari warga yang mencari rotan, baik itu jenis rotan paikait (rotan kecil), walatung (rotan sedang), dan manau (rotan ukuran besar).
Pria paruh baya ini mengisahkan bahwa dulu bisnis rotan sangat ramai dan menjanjikan. Tiap minggu puluhan truk membawa rotan untuk dikirim ke berbagai daerah.
Tapi sejak tahun 2005-an bisnis rotan mulai berguguran karena para pembelinya tidak ada lagi. Ini dampak dari pemerintah tidak memperbolehkan ekspor rotan mentah. Permintaan pun menurun hingga rotan tak laku. Padahal potensi rotan kita sangat menjanjikan dari segi ekonomi,” ujar Sanusi.
 Senada dengan itu, Haji Misbah yang merupakan salah satu perajin rotan di Amuntai mengatakan selain membuat kerajinan rotan, dulu dirinya juga mengirim rotan mentah secara langsung untuk dijual.
Kini warga desa Sungai Limas, Kecamatan Haur Gading, HSU ini mengaku hanya bisa menjual rotan dalam bentuk jadi, baik itu dalam bentuk mebel mapun kerajinan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
“Rotan yang saya gunakan kebanyakan berasal dari Balangan dan Kalimantan Tengah. Itu pun jumlahnya terbatas sesuai dengan kemampuan produksi dan permintaan,” ungkap pria 42 tahun ini.
Pada masa jayanya, sebanyak apa pun rotan yang ada pasti ada yang membeli. Hal ini disebabkan mereka akan menjual kembali dengan harga tinggi ke pedagang besar di Banjarmasin dan Surabaya.
“Tapi sejak tidak boleh menjual rotan mentah, permintaan rotan turun drastic. Sejak itulah industri rotan meredup dan perlahan mati,” jelas Misbah.
Salah seorang pencari rotan, Aspi, menyebutkan dirinya bersama tiga teman lainnya tiap minggu bisa menjual satu truk penuh rotan, atau sekitar 3000 hingga 5000 batang rotan ke Amuntai. Jumlah ini belum ditambah dengan hasil pencarian daerah lain seperti di Halong dan Tebing Tinggi.
“Di Balangan rotan yang laku dijual hanya jenis walatung dan manau, sedangkan jenis paikat tidak laku karena tak ada pembelinya. Rotan Balangan masih melimpah ruah. Tapi pembeli dan harganya kadang-kadang jauh dari harapan. Karena itu mencari rotan untuk dijual tidak selalu dilakukan karena terkadang tak sepadan dengan lelahnya,” pungkas  Aspi. 

No comments:

Post a Comment

Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...