Ikut
Merasa Hidup di Daerah Terpencil
Selain
medan berat, ditambah beban yang harus dipikul sepanjang perjalanan berjam-jam
ke tempat tujuan, pelaksanaan program pelayanan kesehatan Dacil juga harus
berhadapan dengan guncangan budaya (culture
shock).
Para
tenaga medis yang tergabung dalam tim Dacil harus merasakan bagaimana pola
hidup komunitas masyarakat Dayak Meratus yang sederhanan dan dekat dengan alam.
Mulai dari tempat tinggal, makanan, hingga kebiasaan sehari-hari pun menyatu
padu antara masyarakat setempat dengan para petugas Dacil.
Salah
satu petugas Dacil wilayah Puskesmas Uren, Yusli, mengatakan bahwa dalam pelaksanaan
pelayanan Dacil ini mereka seakan menyatu dengan pola hidup masyarakat setempat,
seperti Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) harus di sungai dan tinggal di lingkungan permukiman
yang berada di tengah hutan tanpa listrik dan sinyal telekomunikasi.
"Saat
ikut pelayan Dacil ini, kami benar-benar bisa merasakan bagaimana rasanya hidup
di daerah terpencil yang jauh dari hiruk pikuk pembangunan," beber Yusli.
Karena
saat melakukan pelayanan Dacil ini, lanjutnya, tak ada perbedaan antara petugas
kesehatan dengan masyarakat yang datang untuk berobat, kecuali pakaian yang
dipakai di badan.
"Kita
tidur di Balai Adat atau rumah warga. Makan pun bersama-sama dengan warga.
Bahkan kadang-kadang kami memakan apa yang disajikan masyarakat, sehingga tak
ada batasan antara kita dengan penduduk setempat," pungkas Yusli.
No comments:
Post a Comment