Sunday, 19 February 2017

PAHAJATAN, “KAMPUNG KECIL” TEMPAT WARGA MEMOHON HAJAT





PAHAJATAN, “KAMPUNG KECIL” TEMPAT WARGA MEMOHON HAJAT
Di Balangan, tepatnya di Desa Tungkap, Paringin Selatan, terdapat sebuah kampung kecil dengan miniatur rumah yang dibangun untuk "orang gaib" yang disebut Pahajatan. Tempat ini dinamakan Pahajatan karena orang-orang selalu datang ke sini dengan membawa sebuah hajat atau keinginan dan berharap agar hajatnya tercapai.  
"Lebih tepatnya mereka datang ke sini bertawasul seperti berziarah ke makam para wali, jadi bukan menuhankan tempat ini. Saya orang pertama yang menentang apabila ada yang menuhankannya," tegas Asran (41), juru kunci yang sudah turun-temurun menjaga tempat ini.
 Asran menjelaskan berdasar kisah turun-temurun dari keluarganya, keberadaan situs pahajatan ini diawali dengan munculnya dengan tiba-tiba sebuah batu yang diyakini berasal dari Candi Agung Amuntai di lokasi ini.
Pahajatan dapat dicapai dengan berkendara dari pusat kota Paringin hanya dengan waktu tempuh tak sampai sepuluh menit. Kita pun tak perlu harus berjalan kaki melintasi hutan belantara lagi, karena letaknya persis di pinggiran jalan Desa Tungkap.
Sebelum mengantar pengunjung memasuki Pahajatan, Asran terlebih dulu komat-kamit mengucapkan kata-kata yang tak jelas terdengar. Baru setelah itu sang juru kunci memasuki gerbang Pahajatan dan mengajak pengunjung mengikutinya.
Di tengah-tengah Pahajatan terdapat sebuah pendopo yang bisa dinaiki oleh orang dewasa. Pendopo ini biasa digunakan untuk selamatan oleh orang-orang yang berkunjung dengan membawa sebuah hajat.
Asran menyebutkan bahwa setiap pengunjung yang mempunyai hajat dianjurkan membawa bahan makanan mirip sesajen seperti nasi ketan, kopi, telur, dan lain sebagainya. Namun, makanan tersebut tidak untuk ditinggal di sana, melainkan untuk acara selamatan dan dimakan bersama-sama. Malah pengunjung tak diperbolehkan meninggalkan sampah makanan sedikit pun di tempat ini.
Selain pendopo, bangunan lain berukuran kecil seperti miniatur rumah. Rumah-rumah mini (rurumahan) ini dibangun oleh para pengunjung yang hajatnya telah tercapai. Beragam jenis rumah terdapat di sini, ada yang berbentuk rumah tradisional, seperti rumah adat Banjar dan Jawa, ada pula yang berbentuk rumah modern.
Diungkapkan Asran, beragamnya bentuk rumah ini karena pengunjung yang datang berasal dari berbagai daerah. Mereka inilah yang menentukan bentuk dan jenis rumah yang mereka inginkan.
Pengunjung yang hajatnya tercapai sebenarnya tidak harus membangun rumah kecil di sini, bisa juga hanya menaruh kain kuning atau sekadar bunga tujuh rupa, tergantung niat masing-masing.
"Tapi karena selama ini orang yang hajatnya tercapai selalu membangun rumah kecil, maka yang seterusnya pun mengikuti," ujar Asran yang mengatakan tidak tahu persis kapan awal mula rumah-rumah kecil itu dibangun.
Berdasarkan tulisan yang tertera pada setiap rumah, yang menyebutkan nama pemilik hajat dan tahun dibangunnya, dapat kita ketahui bangunan tertua yang masih kokoh berdiri hingga sekarang dibangun pada tahun 1940-an.
Asran  selalu memantau rumah-rumah kecil ini setiap hari karena khawatir ada yang menaruh makanan atau sesajen di sana. Kalau ada, biasanya dia akan memanggil si pemilik rumah dan menyuruhnya memakan sesajen itu.
"Setiap rumah ada nama pemiliknya, jadi mudah saja mengenalnya. Kalau yang dari luar daerah tidak mungkin mau jauh-jauh hanya untuk menaruh sesajen," ujar Asran.
Orang yang memiliki hajat biasanya dating pada hari Senin dan Jumat, karena diyakini pada hari itulah para ‘penghuni’ Pahajatan berada di sini.
Tentang asal muasal istilah 'urang halus' di kalangan masyarakat Banjar yang ditujukan untuk menyebut makhluk gaib yang berasal dari Pahajatan, Asran menampiknya. Menurutnya meskipun rumah-rumah di Pahajatan terlihat halus (kecil) di alam nyata, namun di alam sebelah (gaib) ukurannya selayaknya seperti rumah manusia pada umumnya. (wahyudi)

No comments:

Post a Comment

Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...