Thursday 13 April 2017

Bupati Resmikan Gedung Belajar Puteri Pesantren Nurul Muhibbin

Bupati Resmikan Gedung Belajar Puteri Pesantren Nurul Muhibbin
 
 
 
Bupati Balangan H Ansharuddin secara simbolis meresmikan gedung belajar pondok pesantren nurul muhibbin puteri yang berada dilingkungan Pesantren Nurul Muhibbin Halong yang berada di Desa Binjai Punggal Kecamatan Halong, Rabu (12/4) sore kemarin.
 
Dalam acara peresmian gedung belajar khusus satriwati ini, juga turut dilangsungkan acara peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW 2017 (27 Rajab 1438H) dan haul ke-12 Guru Sekumpul yang dilaksanakan secara bersamaan.
Dalam sambutannya, Bupati H Ansharuddin mengungkapkan, selesainya pembangunan gedung belajar ini bukan hanya sekedar penambahan bangunan semata, tetapi bertambahnya gedun ini adalah bentuk tanggung jawab dan respon lembaga terhadap apresiasi dan minat yang tinggi dari masyarakat yang mempercayakan pendidikannya di pesantren Nurul Muhibbin Halong ini.
Lebih dari itu, kata Anshauddin, keberadaan pondok pesantren ini adalah sebuah anugerah yang jauh lebih besar bagi bumi sanggam. Hal ini karena  Balangan saat ini dan ke depannya sangat menitik-beratkan pembangunan pada pengembangan kualitas sumber daya manusia.
“Kita tentu sepakat, kualitas terbaik manusia harus terbangun di atas dasar akhlakul karimah. Urusan membangun akhlak, tentu tidak seorangpun yang mempertanyakan lagi peran dan reputasi pondok pesantren nurul muhibbin dalam hal ini,’’ bebernya.
Besarnya Peran dan reputasi pondok pesantren nurul muhibbin dalam membangun akhlak ini, menurut Anshar, dapat dilihat dari apresiasi masyarakat juga sangat tinggi yang dibuktikan dengan tingginya minat masyarakat untuk memasukkan anaknya ke pesantren ini.
Apresiasi masyarakat inilah, menurut dia, yang membuktikan jika komitmen dan kualitas pondok pesantren nurul muhibbin tidak perlu diragukan lagi.
“Kita harus terus bersyukur, karena Allah swt mengaruniai Balangan dengan sumber daya pembangunan yang melimpah, saya yakin, yang telah kita kelola dan manfaatkan selama ini barulah sebagian kecilnya saja. Meski baru sebagian kecil, tapi kita harus bisa mengelolanya seefisien mungkin, agar terjaga kelestarian dan kesinambungannya untuk itu semua maka dibutuhkan sumber manusia yang handal agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan daerah,’’ pungkasnya.

Tuesday 11 April 2017

Balangan Rencanakan Bangun Kebun Raya

 Kepala Balitbangda Akriani menadatangani Mou Pemkab Balangan dengan Kebun Raya Bogor untuk pembangunan Kebun Raya dikabupaten Balangan disaksikan Bupati Balangan H ansharuddin dan Gubernur kalsel H Sabirin Noor.


Balangan Rencanakan Bangun Kebun Raya


Potensi kawasan hutan yang balangan yang mencapai total luas secara global 182.611 hektar terdiri dari kawasan hutan 83.75689 terbagi dua fungsi yakni fungsi produksi seluas 24.248,6 dan fungsi lindung seluas 59.508,3  hektar, menjadi alasan kuat kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) ini untuk mengelola, memafaatkan dan melestarikannya sebaik mungkin.


Salah satu pengelolaan kawasan hutan ini, Pemkab Balangan berencana membangun sebuah Kebun Raya, niatan penetapan kawasan hutan sebagai kebun raya ini ditandai dengan  dilakukannya penadatangan Mou antara Pemkab Balangan dengan lembaga Institur Penelitian indonesia ( LIPI ) Bogor saat peringatan Puncak Hari Jadi Balangan ke 14 Sabtu (8/4) lalu.

Penandatangan dilakukan langsung oleh Bupati Balangan H Ansharuddin dan kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda), Akhriani serta Deputi I Lipi Jakarta dan kepala Pusat Konservasi tumbuhan kebun Raya Bogor.

Rencananya kebun Raya dikabupaten Balangan akan dibangun seluas 5 hektar yang berada  dijalan gunung pandau kecamatan paringin dan tepatnya dibelakang  Garuda maharam Komplek kediaman pejabat pemkab Balangan.

Bupati Balangan H Ansharuddin I menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Balangan dalam melakukan pembangunan kebun Raya mengandeng pihak kebun Raya Bogor dan menggandeng LIPI untuk melakukan pembangunan serta  penelitian terkait dengan potensi kekayaan hutan dikabupaten Balangan

"Kerja sama antara pemerintah daerah bersama LIPI dan kebun raya bogor  ini merupakan salah satu tindakan nyata dari pemerintah Kabupaten Balangan guna memaksimalkan potensi alam balangan untuk ditanam dikebun raya nantinya "Ucap Bupati.

Selain itu , Kata Bupati, kebun raya ini nantinya akan menjadi wahana rekreasi alam  bagi masyarakat balangan yang segaligus menjadi pemasukan PAD disektor pariwisata.

Diungkapkan Bupati juga, bahwa dalam hal pendanaan pembangunan kebun raya ini seluruhnya didanai oleh pihak Kebun raya bogor dan pemkab sendiri hanya menyediakan tempat atau lahan.

"Meski seluruh pembanguan kebun raya dibantu oleh pihak kebun raya bogor ,semua pengawasan dan perencanaan pembangunan tetap kita minta, namun saya yakin kebun raya ini mampu menjadikan balangan lebih maju lagi dari segi pengembangan daerah,"Jelasnya
Sementara, Kepala Balitbangda Balangan , Akhriani mengatakan, dari hasil penelitian yang telah dilakukan LIPI belum lama tadi diperoleh survei  bahwa kabupaten Balangan layak dibangun kebun Raya.

Dari data nya, Balangan banyak memiliki posisi yang sangat strategis serta potensi yang sangat besar,"Tumbuh-tumbuhan dihutan balangan sangat beragam dari tanaman kayu, buah-buahan dan tanaman obat, ini bila dikembangkan didalam kebun raya,"bebernya.

Nantinya, lanjut Akhriani, hasil penelitain dari LIPI ini di gunakan sebagai rekomendasi dan dijadikan sebuah gambaran dalam melakukan perencanaan pembangunan di Kabupaten Balangan utamanya di kawasan kebun Raya atau Hutan Kota.

Adaro Gelar Blogcamp 2017

Adaro Gelar Blogcamp 2017
Untuk lebih memperkenalkan bagaimana perjalanan dan sumbangsih PT Adaro selama ini, perusahaan tambang batubara yang lokasi tambang berada di Kabupaten Balangan dan Tabalong ini, mengelar kegiatan Blogcamp.
Kegiatan yang berlangsung selama 5 hari sejak kamis (6/4) dan berakhir Senin (11/4) lalu ini, diikuti oleh 13 blogger dari Jakarta, Tabalong, dan Balangan, termasuk Arbain Rambey, fotografer senior Kompas tersebut mengajak para pegiat tulis-menulis dan fotografi ini untuk melihat langsung praktik pelestarian lingkungan yang dilakukan Adaro serta objek-objek binaan CSR.
Kegiatan dibuka dengan pemaparan terkait kegiatan operasional dan pengelolaan lingkungan PT Adaro Indonesia oleh Iswan Sujarwo, Advisor PT Adaro Indonesia dan Didik Triwibowo, QHSE Compliance Department Head PT Adaro Indonesia di Guest House Dahai.
Sri Maya, guru SMAN 2 Juai yang tergabung menjadi peserta mengatakan, pemaparan yang disampaikan mengubah persepsinya tentang Adaro, terutama terkait pengelolaan lingkungan. Maya mengaku kerap mendapat pertanyaan dari murid-muridnya di sekolah tentang nasib lubang-lubang tambang setelah Adaro tutup.
“Pak Didik menjelaskan terkait komitmen reklamasi yang akan dilakukan Adaro pasca tambang. Jujur saja, pemaparan itu membuka mata saya. Besok saya akan membahas ini dengan murid-murid di sekolah,” ujarnya.
Destinasi pertama yang dikunjungi peserta adalah area nursery. Di sana, para blogger disambut oleh Budi Suprianto, Nursery and RevegetationSection Head PT Adaro Indonesia. Menurut Budi, selama ini telah banyak kunjungan dari berbagai elemen masyarakat ke area nursery.
“Area ini tidak hanya digunakan sebagai lokasi pembibitan semata, tapi juga sebagai tempat pembelajaran dan penelitian bagi masyarakat luas,” kata Budi.
Ia menjelaskan, area nursery mampu menampung 130 ribu bibit tanaman. Per bulannya, lanjut Budi, tim di area nursery rata-rata dapat memproduksi 30 ribu bibit dari 73 jenis tanaman. Sekitar 19 di antaranya adalah bibit tanaman lokal, seperti angsana, ulin, gaharu, meranti, ketapang, dan pulai.
Untuk pembibitan tanaman langka seperti ulin, Budi dan timnya harus mengeluarkan usaha ekstra. Tim nursery harus blusukan ke hutan-hutan di Kalimantan Selatan untuk mendapatkan biji ulin. Setelah mulai bertunas, pertumbuhannya sangat lambat, sehingga dibutuhkan ketelatenan yang tinggi dalam merawatnya.
Selepas dari nursery, peserta diajak mengunjungi area WTP (Water Treatment Plant) untuk melihat proses pengolahan air tambang menjadi air bersih, sebelum melanjutkan kunjungan ke area reklamasi Paringin.
Di area bekas tambang yang saat ini kembali hijau tersebut, para blogger melihat langsung upaya Adaro untuk mengembangbiakkan nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia), sebuah jenis nila unggulan yang merupakan hasil kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), menggunakan air tambang.Tak sekadar melihat, para peserta juga diberi hidangan ikan nila bakar yang baru saja diangkat dari kolam.
Salah satu peserta kegiatan yang bergiat dalam wadah Traveler Kaskus, Zaki Yamani mengaku kaget ketika mencicipi rasa ikan nila di area reklamasi yang terasa lebih segar dibanding ikan nila biasa. Menurut Zaki, apa yang dilakukan Adaro di area reklamasi dapat mengubah persepsi masyarakat tentang industri batubara yang memiliki citra kotor dan merusak lingkungan.
“Nyatanya, Adaro bisa memanfaatkan air tambangnya untuk mengembangbiakkan ikan. Itu hal yang sangat menarik bagi saya,” ujarnya.

Monday 10 April 2017

Tim JFC B Juara Turnamen Futsal Balangan





Turnamen Futsal Balangan Cup 2017 telah berakhir, Minggu (9/4) malam dan resmi ditutup Bupati Balangan melalui Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) setempat Gazali Al Fatah. Keluar sebagai juara I, Tim JFC B
asal Barabai setelah menundukkan Tim NOAH asal Balangan di partai final dengan skor 14 - 5, di Lapangan Futsal Rizkan Paringin.
Sedangkan di perhelatan ini, Tim Persada asal Tanjung harus puas mendapat juara ketiga melalui pengundian dengan Tim RF asal Kandangan.
Ketua Asosiasi Futsal Kabupaten Balangan (AFKAB) Imdiyah Fadli dalam laporannya menyampaikan, gelar turnamen yang dilaksanakan AFKAB dalam rangka peringatan Harjad kabupaten Balangan ke 14 ini berlangsung selama empat hari dengan diikuti 40 tim termasuk dari provinsi Kalteng.
Masing masing juara mendapatkan tropy ditambah uang tunai sebesar, untuk juara I Rp 3 juta, juara II Rp 2 juta dan juara bersama masing masing Rp 1 juta.
Bupati dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kadispora Balangan Gazali Al Fatah mengatakan, turnamen futsal yang telah dilaksanakan ini tidak hanya sekedar untuk mencari juara namun juga dijadikan sebagai ajang silaturahim.
"Kepada panitia pelaksana, saya ucapakan terimakasih atas suksesnya turnamen ini, semoga kedepan olahraga futsal di Balangan semakin berkembang dan melahirkan pemain-pemain muda yang berbakat", terangnya.
Sementara, Ketua PSSI kabupaten Balangan H Duas dalam sambutannya meminta kepada pengurus KONI Balangan dalam memberikan dana pembinaan kepada masing masing cabor agar lebih selektif dan transfaran.
"Dana Rp 6 miliar yang diberikan Pemkab Balangan itu sangat besar," ujarnya.
Jadi diminta dalam pembagian dana pembinaan disesuaikan dengan kebutuhan cabor, jangan cabor yang atletnya sedikit justru mendapatkan dana pembinaan sangat besar.
"Seperti atlet sepak bola dan futsal dibawah naungan PSSI justru mendapatkan dana sedikit (kecil, rel)," tegasnya.

TP PKK Balangan Juara I Lomba IVA TEST



Paringin, Kerja keras jajaran TP PKK Kabupaten Balangan untuk meraih juara dalam lomba yang digelar TP PKK Provinsi Kalsel dalam rangka peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke 45 Tahun 2017 tingkat Provinsi Kalsel, membuahkan hasil. Dari lima perlombaan yang dilaksanakan, diantaranya lomba tertib administrasi PKK, PKDRT, UP2K PKK, HATINYA PKK dan IV A TEST, TP PKK Balangan berhasil meraih juara I (pertama, red) lomba IV A TEST dengan nilai 397 sementara juara II diraih PKK Banjarmasin dengan nilai 392 dan juara III PKK Tabalong dengan nilai 347.
Untuk diketahui, IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 persen.
Penyerahan penghargaan atas prestasi yang diraih TP PKK Kabupaten Balangan itu, dilakukan oleh Ketua TP PKK Provinsi Kalsel Hj Raudatul Janah Sahbirin Noor, dan diterima langsung oleh Ketua TP PKK kabupaten Balangan Hj Nursidah Ansharuddin pada peringatan puncak Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke 45 Tahun 2017 tingkat Provinsi Kalsel, di Halaman Kantor Bupati Balangan, Sabtu (8/4) kemarin, bertepatan dengan acara puncak Harjad kabupaten Balangan ke 14.
Menurut Hj Nursidah Ansharuddin, penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi TP PKK Provinsi yang menilai kegiatan yang dilaksanakan TP PKK Balangan berjalan dengan baik dan berhasil. “Alhamdulillah kita mendapat apresiasi disalah satu lomba, terima kasih banyak untuk semua anggota TP PKK Balangan atas kerjasama dan kerja kerasnya” ujarnya.
Sementara, Ketua TP provinsi Kalsel Hj Raudatul Janah Sabirin Noor menyatakan, sebagai Ketua TP PKK tingkat provinsi Kalsel, ia akan selalu berusaha mendorong setiap daerah untuk berinovasi pengembangkan kreatifitas program sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerah masing-masing.
“Ciptakan ide-ide inovatif seraya kembangkan jalinan kerjasama dengan mitra kerja PKK dalam rangka pengembangan dan akselerasi program-program PKK,” katanya dalam sambutannya di kegiatan HKG PKK di Balangan.
Selain itu, Istri orang nomor di Kalsel ini juga menginginkan, TP PKK se Kalsel untuk membuat program pelatihan teknis dan manajerial, dengan tujuan agar semua anggota TP PKK mengetahui, bersedia dan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya.
Raudatul juga menghendaki, melalui tema kegiatan “Dengan HKG ke 45 tahun 2017, Kita Lakukan Akselerasi Program-Program PKK untuk Mewujudkan Visi dan Misi Gerakan PKK”, seluruh TP PKK bisa memberikan bimbingan, pembinaan dan fasilitas yang berkelanjutan kepada kader-kader PKK, termasuk kader Dasawisma.
Diakhir sambutannya, istri Paman Birin itu mengingatkan agar sejumlah program kerjasama yang telah dilaksanakan perjanjiannya dengan beberapa kementerian, hendaknya dilaksanakan (dijalankan, red) sampai di tingkat daerah dan diakselerasikan, dipercepat dan disukseskan bersama-sama.
“Saya himbau agar dalam pelaksanaan program-program PKK sedapat mungkin mengurangi program yang bersifat seremonial. Kita perlu mengimbangi prinsip kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program-programnya, tapi kita sesuaikan dengan skala gerakan PKK,” pungkasnya. (jun).

Balangan Tuan Rumah Pertemuan PKK se Kalsel




Balangan Tuan Rumah Pertemuan PKK se Kalsel

Paringin,  Kabupaten Bangan menjadi tuan rumah pertemuan PKK se- Kalsel yang diikuti oleh seluruh PKK dari kabupaten kota dilaksanakan di Mahligai Mayang Maurai komp Garuda Maharam perumahan dinas pejabat Pemkab setempat, Jumat (7/4) sekitar pukul 14.30 Wita.
Acara rutin empat bulanan tersebut diawali dengan lomba menu makanan kemudian dilanjutkan dengan berbagai kegiatan, seperti pembahasan program kerja serta capaian yang sudah dilalui juga dialog/tanya jawab dan sekaligus penyerahan hadiah lomba dalam rangja hari kesatuan gerak pkk.
Ketua TP PKK Kabupaten Balangan Hj Nursidah Ansharuddin selaku tuan rumah mengucapkan selamat datang kepada seluruh Ketua TP PKK Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan beserta pengurus yang telah menghadiri kegiatan ini. Pertemuan ini merupakan pertemuan yang sangat baik dan penting dan dalam ikatan 10 Program Pokok PKK, sekaligus sebagai ajang silaturahmi antar semua pengurus PKK se Kalimantan Selatan, sehingga dapat terjalin kebersamaan dan kesamaan gerak langkah PKK di Kalimantan Selatan.
Sementara, Hj Raudatul Jannah Sahbirin Noor selaku Ketua TP PKK Provinsi Kalimantan Selatan memberikan arahan kepada seluruh anggota PKK bahwa acara pertemuan ini diadakan untuk membangun dan membahas program program PKK yang sudah berjalan dan sudah dilaksanakan serta program kerja PKK yang akan datang di tahun 2017. Raudatul juga memberikan apresiasi kepada anggota PKK yang sudah memberikan prestasi yang membanggakan di level nasional, beliau berpesan supaya kedepannya bisa mempertahankan prestasi yang sudah diraih.
“Tujuan kita bekerja adalah untuk pengabdian kepada masyarakat, semua demi masyarakat, utamakan kemajuan masyarakat di wilayah yang kita pimpin”, ujar istri orang nomor satu di Kalsel.
Selanjutnya Ketua TP PKK Pprovinsi  Kalsel  menyerahakan hadiah kepada para pemenang lomba yang di dampingi Ketua TP PKK Kabuten Balangan. (jun)

Mohammad Ali Anyang, Putra Dayak Penegak NKRI


dibaca normal 3 menit


Belanda menggelar sayembara pada akhir Oktober 1946 itu. Bunyinya, barangsiapa yang berhasil menemukan seorang pemuda pejuang republik bernama Ali Anyang, maka ia akan diganjar dengan hadiah uang sebesar 25.000 gulden.

Ali Anyang memang sukses membikin tentara NICA kesal bukan kepalang. Tanggal 8 Oktober 1946, pasukan Belanda kecolongan. Tangsi militer mereka di Bengkayang, Kalimantan Barat, diserbu secara mendadak oleh laskar republik yang dipimpin oleh Ali Anyang. 


Bengkayang pun berhasil direbut. Bahkan, Ali Anyang dan kawan-kawan dengan berani mengibarkan bendera Merah Putih serta mengumandangkan lagu Indonesia Raya di kota yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia bagian timur itu.

Namun, sayembara tersebut tiada guna. Ali Anyang masih berkeliaran, terus melakukan perlawanan yang merepotkan Belanda. Pada 10 Januari 1949, misalnya, tangsi NICA di Sambas diserang. Delapan hari berselang, terjadi bentrokan lagi di Kampung Acan, dekat perbatasan Sarawak, serta menyusul sejumlah kontak bersenjata selanjutnya.

Siapakah Ali Anyang yang membuat Belanda gusar itu? Ia adalah pejuang putra asli Suku Dayak, penegak kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di Kalimantan Barat.

Dari Perawat Menjadi Pejuang

Namanya aslinya Anjang atau dibaca Anyang, putra dari pasangan suami-istri Lakak dan Liang. Anyang lahir pada 20 Oktober 1920 di Desa Nanga Menantak, suatu permukiman Suku Dayak Uud Danum yang terletak di pedalaman Sintang, Kalimantan Barat. Ia anak paling bontot dari 7 bersaudara.

Ketika Anyang berusia 8 tahun, ia diangkat anak oleh seorang kepala sekolah di Sintang bernama Raden Mas Suadi Djoyomiharjo. Dari namanya, sosok ini termasuk bangsawan tinggi Jawa yang entah bagaimana bisa bermukim di wilayah yang terletak sisi barat Pulau Borneo itu. 

Anyang kemudian masuk Islam, mengikuti agama keluarga barunya. Sang ayah angkat pun memberinya nama anyar: Mohammad Ali. Tapi, Anyang tidak lantas menghilangkan nama asli pemberian orangtua kandungnya. Jadilah ia dikenal sebagai Mohammad Ali Anyang.

Keluarga Raden Mas Suadi Djoyomiharjo memperlakukan Anyang dengan sangat baik, termasuk dengan menyekolahkannya di Holland Inlandsche School (HIS) Pontianak. Ini adalah sekolah dasar yang dikelola pemerintah kolonial dan diperuntukkan bagi anak-anak priyayi dan anak-anak dari keluarga berada (Soewarsono, Berbareng Bergerak, 2000:41).

Anyang ingin mengabdikan hidupnya untuk orang-orang yang butuh pertolongan, ia ingin jadi tenaga medis. Raden Mas Suadi Djoyomiharjo merespons keinginan mulia itu dengan mengirimkan Anyang jauh ke Semarang, Jawa Tengah, untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Juru Rawat bernama Centrale Burgerlijke Ziekem Inrichting (CBZ).

Setelah lulus, ia sempat membantu di Rumah Sakit Umum Semarang sebelum akhirnya pulang ke Kalimantan Barat untuk bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Umum Sei Jawi Pontianak selama beberapa tahun.

Namun, garis takdirnya berkata lain. Anyang nantinya menjadi pejuang tangguh dan memimpin perlawanan menghadapi pasukan Belanda (NICA) yang ingin berkuasa lagi di Indonesia, termasuk di Kalimantan Barat (Taufiq Tanasaldy, Regime Change and Ethnic Politics in Indonesia: Dayak Politics of West Kalimantan, 2012:73).

Pengawal Martabat RI di Borneo

Tanda-tanda kekalahan Jepang di Perang Asia Timur Raya semakin kentara di medio tahun 1945 itu. Para pemuda di berbagai daerah di tanah air pun mencermati perkembangan situasi dan bersiap-siap jika akhirnya Jepang benar-benar kalah dari Sekutu. Jika itu terjadi, mimpi Indonesia untuk merdeka bisa saja terwujud.

Maka, kaum muda pun mendirikan suatu panitia untuk menyambut kemerdekaan itu dengan nama Panitia Penyongsong Republik Indonesia (PPRI) walaupun pada mulanya secara diam-diam (Alqadrie & Sastrowardoyo, Sejarah Sosial Daerah Kotamadya Pontianak, 1984:90). Dan, akhirnya Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Ali Anyang, yang semula bekerja sebagai petugas medis di rumah sakit itu, ternyata turut terlibat dalam pembentukan PPRI di Pontianak. Salah satu tugas utama PPRI Pontianak adalah untuk menyebarluaskan kabar kemerdekaan Indonesia ke seluruh Kalimantan Barat sekaligus untuk menjaga situasi agar tidak terjadi perebutan kekuasaan lantaran kekosongan pemerintahan usai kekalahan Jepang.

Namun, udara kemerdekaan tidak terlalu lama dihirup oleh masyarakat Kalimantan Barat, dan juga wilayah-wilayah lainnya di tanah air. Pada 29 September 1945, datang tentara Australia yang diboncengi pasukan Belanda (NICA) di Pontianak, mereka adalah bagian dari Sekutu. Dengan segera, Belanda mengambil-alih kekuasaan di Kalimantan Barat.

Tak urung situasi ini membuat para pemuda bergolak. Ali Anyang bersama laskar pejuang rakyat pun menyerbu ke tangsi dan gudang amunisi Belanda di Pontianak pada 12 November 1945. Beberapa pemuda gugur, sementara Ali Anyang ditangkap dan ditahan oleh NICA.

Beruntung, pada Februari 1946 ia dibebaskan. Namun, perjuangan belum selesai. Atas perintah Dokter Soedarso sebagai Ketua PPRI, Ali Anyang memimpin pasukan pejuang republik untuk terus melakukan perlawanan di berbagai titik di Kalimantan Barat, termasuk Pontianak, Mempawah, Singkawang, hingga Sambas.

Saat Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) —dengan maksud melakukan pemberontakan/perlawanan terhadap NICA/Belanda —dibentuk, Ali Anyang ditunjuk sebagai komandan untuk wilayah Kalimantan Barat. Ia lalu memprakarsai Barisan Pemberontak Indonesia Kalbar (BPIKB) sebagai kepanjangan tangan dari BPRI.

Serangan demi serangan digencarkan, termasuk perebutan Bengkayang yang membuat NICA murka hingga menggelar sayembara berhadiah uang demi menangkap Ali Anyang itu. Peperangan baru terhenti ketika Belanda mengaku kedaulatan Indonesia secara penuh pada 27 Desember 1949.

Ali Anyang, Putra Dayak Penegak NKRI

Akhir Hayat Sang Wakil Rakyat

Setelah perang mempertahankan kemerdekaan usai, Ali Anyang memerintahkan kepada seluruh anggota pasukannya untuk kembali ke kampung halaman masing-masing. Ali Anyang sendiri tak lama berselang menikahi pujaan hatinya, seorang gadis asal Sambas bernama Siti Hajir, yang kebetulan berprofesi sebagai perawat.

Selama beberapa tahun berikutnya, Ali Anyang menemani sang istri yang ditugaskan ke mana-mana, terlebih ia juga pernah menjadi juru rawat. Mereka pernah bertugas di Ciawi, Indramayu, kemudian ke Banjarmasin di Kalimantan Selatan, balik lagi ke Jawa menuju Jakarta, hingga akhirnya kembali ke Kalimantan Barat.

Pulang ke Kalimantan Barat, Ali Anyang melanjutkan kiprahnya dengan mengabdi sebagai wakil rakyat dan masuk ke parlemen daerah. Ia meniti karier di parlemen dengan sangat baik hingga terpilih sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sambas. 

Sayangnya, usia Ali Anyang tidak sempat menyentuh angka setengah abad. Pada umur 49 tahun, ia wafat, meninggalkan istrinya tercinta, Siti Hajir, dan 8 orang anak. Tepat tanggal 7 April 1970 atau 47 tahun lalu, sang putra Dayak penegak kedaulatan NKRI itu meninggal dunia dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Bambu Runcing, Singkawang.

Nama Ali Anyang mengabadi hingga kini dan sangat meninggalkan kesan bagi masyarakat Kalimantan Barat sehingga diabadikan sebagai nama salah satu jalan utama di Kota Singkawang. Tak hanya itu, sebagai pengingat jasa baktinya, dibangunlah Monumen Ali Anyang dan diresmikan Panglima TNI Agus Suhartono pada Oktober 2011. 

Sumber : (tirto.id - isw/msh) https://tirto.id/ali-anyang-putra-dayak-penegak-nkri-cmg1

Sebanyak 52 sungai di Indonesia berstatus cemar berat





Sebanyak 52 sungai di Indonesia berstatus cemar berat. Dari 450 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia, 118 DAS dalam kondisi kritis. Sedangkan Pulau Jawa berpotensi langka air bersih. Ini bukti betapa menyedihkannya cara kita membabat masa depan.

tirto.id - Air merupakan hajat utama setiap mahluk hidup. Daya akses terhadap air, dipengaruhi oleh siklus hidrologi. Namun di Indonesia sendiri banyak aliran sungai yang tercemar berat. Hal tersebut berdampak buruk bagi mahluk hidup yang hidup di sekitarnya.

Dari data paling mutakhir Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, didapati ada 52 sungai di Indonesia berstatus cemar berat. Menyusul kemudian 20 aliran sungai berstatus cemar sedang hingga cemar berat. Selain itu ada 7 sungai yang mengalami pencemaran ringan hingga cemar berat. Sisanya ada 21 sungai di Indonesia yang berstatus memenuhi baku mutu hingga tercemar ringan.

Perolehan tersebut mencakup 100 aliran sungai pada 33 provinsi di Indonesia. Di DKI Jakarta, Sungai Ciliwung pada dari tahun 2013 hingga 2015 berstatus cemar berat. Di Jawa Timur, sungai yang tercemar berat ialah Sungai Bengawan Solo, Sungai Madiun, dan Kali Surabaya. Begitu juga Yogyakarta, ada keistimewaan Sungai Progo, Sungai Krasak, Sudu, Opak, Serang, dan Tinalah yang juga tercemar berat.

Sedangkan di Kalimantan ada Sungai Barito dan Sungai Martapura menyandang cemar berat selama tiga tahun berturut-turut. Di Jawa Barat, ada Sungai Citarum, Cisadane, dan Citanduy yang tercemar berat. Masih banyak sungai di provinsi lain yang tercemar berat.

Khusus dua sungai terakhir, yakni Sungai Citarum dan Kalimantan, pada 2013 silam mendapat vonis sebagai sungai paling tercemar di tataran internasional. Ketentuan tersebut berdasarkan laporan tahunan dari Green Cross Swiss dan Blacksmith Institute. Berdasarkan investigasi lapangan yang dilakukan oleh Blacksmith Institute misalnya, di Sungai Citarum, mereka menemukan kandungan timbal lebih dari 1.000 kali standar United States Environmental Protection Agency (USEPA) dalam air minum. Air di Sungai Citarum memiliki konsentrasi mangan yang hampir empat kali mereka tingkat yang direkomendasikan.

Dari hasil penelitian Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, Arie Herlambang, disebutkan bahwa dalam 50 tahun terakhir Indonesia telah gagal mencegah turunnya mutu air. Menurutnya ada 1,2 miliar penduduk dunia tidak mempunyai akses ke air bersih. Kemudian hampir dua kali lipatnya, penduduk tak mempunyai fasilitas dasar sanitasi memadai.

Peneliti Bidang Teknik Konservasi dan Tata Air, Waluyo Hatmoko menegaskan, Pulau Jawa yang pertama kali berpotensi mengidap kelangkaan air, sebab hanya memiliki ketersediaan air permukaan hanya 4 persen. Sedangkan jumlah penduduk Pulau Jawa ialah 60 persen dari total penduduk Indonesia.

Saat orasi peneguhannya sebagai Profesor Riset Bidang Teknik Konservasi dan Tata Air, dia berujar bahwa kelangkaan dan kekeringan bukan muncul dari dua faktor yang berbeda. Jika kekeringan hadir karena siklus alamiah alam raya, salah satu faktornya ialah perubahan iklim. Maka dari itu manusia tak bisa mencegahnya selain merancang pola mitigasinya.

Dalam penelitiannya bertajuk, “Upaya dan Strategi Mengatasi Kekeringan dan Kelangkaan Air di Indonesia,” Waluyo juga menuturkan, istilah kelangkaan air merupakan dampak dari ulah manusia. Beberapa kemunculannya ialah penggunaan air berlebihan, enggan melestarikan alam, dan tak mampu mengelola penguatan mutu air.

Tiarapnya mutu air di Indonesia disebabkan beberapa faktor yang menjangkitinya. Seperti yang Waluyo katakan, ada bagian yang disebabkan naluri alam itu sendiri. Namun yang pencemaran air sungai yang memiliki daya rusak tinggi justru disebabkan oleh manusia. Beberapa di antaranya dipicu perusakan hutan di hulu hingga memunculkan endapan erosi di tengah maupun hilir, membakar hutan, limbah industri, limbah pemukiman, limbah pertanian, limbah rumah sakit, dan limbah pertambangan.
Mengirim Kerusakan Dari Hulu

Sembrononya manusia dalam mengelola lahan di hulu, akan berdampak ekosistem bagian tengah dan hilir sungai rusak. Perambahan hutan, serabutan dalam menanam, dan menebar pupuk tak serasi dengan peruntukannya akan mencederai mutu air sungai.

Memang pupuk dan pestisida menjadi bagian dari upaya petani memastikan tanamannya sehat. Namun jika pemberiannya tak sesuai dosis, hujan dan siklus alam lainnya akan menggiringnya menuju sungai terdekat. Pupuk dan pestisida yang mengandung zat fosfat itu akan menjadi polutan yang menyulut tumbuhnya gulma air.

Pupuk dan pestisida yang digunakan secara berlebihan itu akan menjadi limbah bagi sungai. Insektisida akan membunuh biota akuatik. Terlebih biota yang berada di dalamnya akan menyimpan racun, bisa beralih ke manusia jika memakannya. Dari sana ketidakseimbangan ekosistem sungai dimulai.

Polutan yang dihantarkan oleh kegiatan pertanian, akan mereduksi kadar oksigen terlarut dalam air sungai. Hal tersebut akan menghampat laju pertumbuhan biota akuatik. Jika biota itu tak waras, sungai tak akan bisa melakukan penjernihan secara alamiah. Kandungan polutan yang dikandung air tak akan terurai dengan semestinya.

Sedangkan perambahan hutan dengan mengubah tumbuhan yang dapat menyimpan dan memfilter air, dengan sayuran memang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Namun, hal tersebut justru akan berakibat fatal bagi lingkungan.

Bersamaan dengan perambahan, biasanya dilengkapi dengan metode penanaman yang tak patuh pada konservasi alam. Sayuran atau tanaman yang tak mampu menghalau dan menyerap air kerap ditanam tanpa metode sangkedan atau terasiring. Akibatnya lereng-lereng bagian hulu sungai yang biasanya berada di dataran tinggi akan terkikis.

Rontokan tanah akan terbawa ke sungai kemudian mengendap di dalamnya. Endapan akibat erosi itu akan dibawa sampai hilir. Jika debet air tinggi, pendangkalan itu akan membuat air sungai meluap.

Pusat Data dan Informasi BNPB mencatat, tahun lalu Indonesia telah dihantam banjir 535 kali. Kemudian ditambah 41 kali banjir disertai dengan tanah longsor. Sedangkan tanah longsor sendiri terjadi 323 kali. Banjir dan longsor tersebut yang paling banyak memakan korban jiwa. Berdasakan data BNPB, dari 450 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia, 118 DAS dalam kondisi kritis.

Selain itu air limbah rumah tangga juga berdampak menurunkan kualitas air. Beberapa kegiatan bisa menghasilkan limbah seperti dapur, mandi, mencuci, dan buang air besar. Limbah domestik tersebut diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku

Mutu (BM) Air Limbah Domestik. Di sebutkan pada pasal 1 ayat 1, air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha


Sebanyak 52 sungai di Indonesia berstatus cemar berat. Dari 450 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia, 118 DAS dalam kondisi kritis. Sedangkan Pulau Jawa berpotensi langka air bersih. Ini bukti betapa menyedihkannya cara kita membabat masa depan.
tirto.id - Air merupakan hajat utama setiap mahluk hidup. Daya akses terhadap air, dipengaruhi oleh siklus hidrologi. Namun di Indonesia sendiri banyak aliran sungai yang tercemar berat. Hal tersebut berdampak buruk bagi mahluk hidup yang hidup di sekitarnya.

Dari data paling mutakhir Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, didapati ada 52 sungai di Indonesia berstatus cemar berat. Menyusul kemudian 20 aliran sungai berstatus cemar sedang hingga cemar berat. Selain itu ada 7 sungai yang mengalami pencemaran ringan hingga cemar berat. Sisanya ada 21 sungai di Indonesia yang berstatus memenuhi baku mutu hingga tercemar ringan.

Perolehan tersebut mencakup 100 aliran sungai pada 33 provinsi di Indonesia. Di DKI Jakarta, Sungai Ciliwung pada dari tahun 2013 hingga 2015 berstatus cemar berat. Di Jawa Timur, sungai yang tercemar berat ialah Sungai Bengawan Solo, Sungai Madiun, dan Kali Surabaya. Begitu juga Yogyakarta, ada keistimewaan Sungai Progo, Sungai Krasak, Sudu, Opak, Serang, dan Tinalah yang juga tercemar berat.

Sedangkan di Kalimantan ada Sungai Barito dan Sungai Martapura menyandang cemar berat selama tiga tahun berturut-turut. Di Jawa Barat, ada Sungai Citarum, Cisadane, dan Citanduy yang tercemar berat. Masih banyak sungai di provinsi lain yang tercemar berat.

Khusus dua sungai terakhir, yakni Sungai Citarum dan Kalimantan, pada 2013 silam mendapat vonis sebagai sungai paling tercemar di tataran internasional. Ketentuan tersebut berdasarkan laporan tahunan dari Green Cross Swiss dan Blacksmith Institute. Berdasarkan investigasi lapangan yang dilakukan oleh Blacksmith Institute misalnya, di Sungai Citarum, mereka menemukan kandungan timbal lebih dari 1.000 kali standar United States Environmental Protection Agency (USEPA) dalam air minum. Air di Sungai Citarum memiliki konsentrasi mangan yang hampir empat kali mereka tingkat yang direkomendasikan.

Dari hasil penelitian Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, Arie Herlambang, disebutkan bahwa dalam 50 tahun terakhir Indonesia telah gagal mencegah turunnya mutu air. Menurutnya ada 1,2 miliar penduduk dunia tidak mempunyai akses ke air bersih. Kemudian hampir dua kali lipatnya, penduduk tak mempunyai fasilitas dasar sanitasi memadai.

Peneliti Bidang Teknik Konservasi dan Tata Air, Waluyo Hatmoko menegaskan, Pulau Jawa yang pertama kali berpotensi mengidap kelangkaan air, sebab hanya memiliki ketersediaan air permukaan hanya 4 persen. Sedangkan jumlah penduduk Pulau Jawa ialah 60 persen dari total penduduk Indonesia.

Saat orasi peneguhannya sebagai Profesor Riset Bidang Teknik Konservasi dan Tata Air, dia berujar bahwa kelangkaan dan kekeringan bukan muncul dari dua faktor yang berbeda. Jika kekeringan hadir karena siklus alamiah alam raya, salah satu faktornya ialah perubahan iklim. Maka dari itu manusia tak bisa mencegahnya selain merancang pola mitigasinya.

Dalam penelitiannya bertajuk, “Upaya dan Strategi Mengatasi Kekeringan dan Kelangkaan Air di Indonesia,” Waluyo juga menuturkan, istilah kelangkaan air merupakan dampak dari ulah manusia. Beberapa kemunculannya ialah penggunaan air berlebihan, enggan melestarikan alam, dan tak mampu mengelola penguatan mutu air.

Tiarapnya mutu air di Indonesia disebabkan beberapa faktor yang menjangkitinya. Seperti yang Waluyo katakan, ada bagian yang disebabkan naluri alam itu sendiri. Namun yang pencemaran air sungai yang memiliki daya rusak tinggi justru disebabkan oleh manusia. Beberapa di antaranya dipicu perusakan hutan di hulu hingga memunculkan endapan erosi di tengah maupun hilir, membakar hutan, limbah industri, limbah pemukiman, limbah pertanian, limbah rumah sakit, dan limbah pertambangan.

Mengirim Kerusakan Dari Hulu

Sembrononya manusia dalam mengelola lahan di hulu, akan berdampak ekosistem bagian tengah dan hilir sungai rusak. Perambahan hutan, serabutan dalam menanam, dan menebar pupuk tak serasi dengan peruntukannya akan mencederai mutu air sungai.

Memang pupuk dan pestisida menjadi bagian dari upaya petani memastikan tanamannya sehat. Namun jika pemberiannya tak sesuai dosis, hujan dan siklus alam lainnya akan menggiringnya menuju sungai terdekat. Pupuk dan pestisida yang mengandung zat fosfat itu akan menjadi polutan yang menyulut tumbuhnya gulma air.

Pupuk dan pestisida yang digunakan secara berlebihan itu akan menjadi limbah bagi sungai. Insektisida akan membunuh biota akuatik. Terlebih biota yang berada di dalamnya akan menyimpan racun, bisa beralih ke manusia jika memakannya. Dari sana ketidakseimbangan ekosistem sungai dimulai.

Polutan yang dihantarkan oleh kegiatan pertanian, akan mereduksi kadar oksigen terlarut dalam air sungai. Hal tersebut akan menghampat laju pertumbuhan biota akuatik. Jika biota itu tak waras, sungai tak akan bisa melakukan penjernihan secara alamiah. Kandungan polutan yang dikandung air tak akan terurai dengan semestinya.

Sedangkan perambahan hutan dengan mengubah tumbuhan yang dapat menyimpan dan memfilter air, dengan sayuran memang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Namun, hal tersebut justru akan berakibat fatal bagi lingkungan.

Bersamaan dengan perambahan, biasanya dilengkapi dengan metode penanaman yang tak patuh pada konservasi alam. Sayuran atau tanaman yang tak mampu menghalau dan menyerap air kerap ditanam tanpa metode sangkedan atau terasiring. Akibatnya lereng-lereng bagian hulu sungai yang biasanya berada di dataran tinggi akan terkikis.

Rontokan tanah akan terbawa ke sungai kemudian mengendap di dalamnya. Endapan akibat erosi itu akan dibawa sampai hilir. Jika debet air tinggi, pendangkalan itu akan membuat air sungai meluap.

Pusat Data dan Informasi BNPB mencatat, tahun lalu Indonesia telah dihantam banjir 535 kali. Kemudian ditambah 41 kali banjir disertai dengan tanah longsor. Sedangkan tanah longsor sendiri terjadi 323 kali. Banjir dan longsor tersebut yang paling banyak memakan korban jiwa. Berdasakan data BNPB, dari 450 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia, 118 DAS dalam kondisi kritis.

Selain itu air limbah rumah tangga juga berdampak menurunkan kualitas air. Beberapa kegiatan bisa menghasilkan limbah seperti dapur, mandi, mencuci, dan buang air besar. Limbah domestik tersebut diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku

Mutu (BM) Air Limbah Domestik. Di sebutkan pada pasal 1 ayat 1, air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

Rumah Penyembuhan yang Menyakiti Lingkungan

Rumah sakit menjadi sarana pencegahan hingga penyembuhan penyakit. Namun, limbah yang dimilikinya bisa merusak ekosistem sungai jika tak dikendalikan.

Peneliti Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang , Sri Subekti menguraikan bahwa limbah cair rumah sakit tergolong Berbahaya dan Beracun atau Limbah B3. Beberapa di antaranya bersifat infeksius, radioaktif, dan korosif. Selain itu, rumah sakit juga menghasilkan limbah padat dan gas.

Dalam penelitiannya bertajuk, “Pengaruh Dan Dampak Limbah Cair Rumah Sakit Terhadap Kesehatan Serta Lingkungan,” dia memaparkan beberapa jenis limbah klinis. Misalnya limbah infeksius, diproduksi dari buangan laboratorium mikrobiologi dari ruang perawatan penyakit menular dan kamar bedah. Kemudian ada limbah jaringan tubuh manusia berupa salah satu organ, darah, dan cairan tubuh.

Selain limbah obat-obatan, ada pula limbah kimia hasil tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset. Lalu limbah sitotoksik dan radioaktif kegiatan rotgen. Sedangkan limbah padat berasal dari alat-alat medis berupa jarum hipodermik, pisau bedah, pipetm pasteur, perlengkapan intarvena, dan sebagainya.

Maka dari itu setiap rumah sakit harus melakukan pemilahan jenis-jenis limbahnya. Sebelum dilimpahkan ke badan air, limbah cair harus diolah terlebih dahulu. Sebab desinfektan savlon dan hibiscrub bisa membunuh membunuh bakteri dalam air. Karena berpotensi merusak lingkungan, Menteri Lingkungan Hidup menertibkannya dengan keputusan menteri Kep-58-MENLH/12/1995. Isinya menyangkut baku mutu limbah cair yang bisa dibuang ke aliran sungai terdekatnya.

Dari data Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru tahun 2014, dari 24 rumah sakit hanya 1 yang tak mengantongi izin pengendalian limbah cair. Namun 9 di antaranya tak memiliki Instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Selain itu ada 8 rumah sakit yang tak membuat laporan tahunan terkai limbah cair.

Padahal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, mewajibkan pemenuhan ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, tentang dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelengara rumah sakit. Maka dari itu, Peneliti Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Marhta Gunawan, menyimpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru tak maksimal.

Industri Racuni Air

Limbah industri memang tak memiliki volume yang tinggi. Namun, daya rusaknya paling kuat. Limbah mengandung B3 tersebut sangat potensial munculkan dampak pencemaran air sungai. Limbah itu mempengaruhi naik turunnya keasaman air, perubahan sifat fisik, tertutupnya permukaan air, dan meningkatkan jumlah padatan yang tersuspensi dalam air.

Penelitian yang dilakukan GreenPeace, Walhi Jawa Barat, Pawapeling, dan  LBH Bandung pada April 2016, 4 desa di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung berstatus cemar berat akibat ulah limbah industri. Mereka mengacu pada laporan  lengkap Sunardi, terkait Valuasi Dampak Pencemaran di Kawasan Industri Pancaekek, dari Institute  of Ecology Unpad. Ditemukan bahwa air yang mengalir di sungai dan sawah warga mengandung timbal (Pb), merkuri (Hg), kromium (Cr), tembaga (Cu), dan seng (Zn).

Limbah pabrik mengalir berwarna-warni di sungai yang berdekatan dengan sawah warga. Selasa (24/05/2016) silam, 4 LSM itu menggugat Surat Keputusan Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) oleh Bupati Sumedang. Mereka secara sekaligus juga ajukan gugatan terhadap tiga perusahaan tekstil di Rancaekek, Sumedang, Jawa Barat. Hasilnya mereka menang di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung, namun pihak pabrik tak terima.

Padahal berdasarkan Keputusan nomor 178/G/2015/PTUN-BDG, majelis hakim mewajibkan kepada Bupati Sumedang mencabut (IPLC) dan membayar biaya perkara sebesar Rp 11,301 Juta. Beberapa keputusan yang didugat yakni, SK Nomor 660.31/Kep.509-IPLC/2014 tentang Izin Pembuangan Limbah Cair ke sungai Cikijing Desa Cisempur Kecamatan Sumedang untuk PT Kahatex. Lalu, SK Nomor 660.31/Kep.784-IPLC/2014 tertanggal 30 Januari 2014 tentang Izin Pembuangan Limbah Cair Ke Sungai Cikijing di Desa Cintamulya Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang untuk PT Five Star Textile Indonesia. Ketiga, SK Nomor 660.31/Kep.198-IPLC/2013 tertanggal 22 April 2013 tentang Izin Pembuangan Limbah Cair Ke Sungai Cikijing di Desa Cintamulya Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Kepada PT Insan Sandang Internusa. Mereka juga menang gugatan banding di PTTUN Jakarta, Oktober 2016.

Proses persidangan berlanjut ke tahap II. Lagi-lagi majelis hakim mengabulkan gugatan para penggugat. Tapi pihak pabrik tetap tak terima. Saat ini sedang proses kasasi di MA.

Tak jauh dari Rancaekek, Bambang Taufik Perdana Budiman pada tahun 2012 sempat melakukan penelitian di Majalaya, Jawa Barat. Dia berhasil membuktikan bahwa Ikan sapu-sapu di Majalaya mengandung 20.000 ppb atau logam timbal. Terjangkitnya kadar logam karena ditentukan oleh kekuatan fisiologis ikan. Terkait ikan sapu-sapu, dia hidupnya di dasar sungai. Padahal di dasar sungai itu kandungan limbah mengendap.

Sedangkan dari penelitian tahun 2016 yang dilakukan Endi Ramadhani, air Sungai Bengawan Solo, Karanganyar tercemar akibat limbah industri. Dia mendeteksi ada kandungan sulfida di air sungai. Maka dari itu Endi merekomendasikan industri di sekitar Sungai Bengawan Solo lebih serius mengoptimalkan IPAL.

Di tempat yang lain, dalam tesisnya, terkait pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air Sungai Diwak di Bergas, Deazy Rahmawati mengemukakan bahwa sungai di Semarang itu berstatus tercemar ringan hingga sedang. Kualitas Sungai Diwak pada musim penghujan maupun kemarau tak memenuhi baku mutu, sebagaimana di atur sesuai kriteria air Kelas II dalam PP No.82 Tahun 2001.

Pada tahun 2010, jenis kegiatan industri di Kecamatan Bregas, Semarang terdiri dari garmen sebesar 55,17 persen. Kemudian industri furniture 17,24 persen, makanan dan minuman 10,34 persen, tekstil 3,12 persen, dan lain-lain sebesar 12,50 persen.

Kemudian di Surabaya, Jawa Timur, menurut hasil riset Ecoton dan National Institute Minamata Disease menunjukkan bahwa badan air, lumpur, kerang, ikan, dan ekosistem Kali Surabaya telah terkontaminasi merkuri, timbal, kadmium, tembaga, dan besi dengan kadar yang melebihi ambang batas.

Hasil penelitian tersebut dikuatkan oleh Adi Trisnawati dan Ali Masduqi dari Program Studi Magister Teknik Lingkungan, ITS.  Pada Desember 2013, mereka menemukan bahwa Kali Surabaya tergolong tercemar ringan. Bagi mereka, pencemaran hanya mampu dicegah melalui pemberian sanksi terhadap siapa saja yang mencemari air sungai.

Logam berat yang dibawa oleh limbah pabrik mengandung racun yang berbahaya bagi biota air dan manusia. Kandungan timbal misalnya, jika manusia terinfeksi akan berakibar kerusakan ginjal, sistem syaraf dan otal, anemia, nyeri dan kelemahan otot, mual, dan sakit perut.

Buruk atau tidaknya kualitas air sungai tergantung kepekaan manusia, bahwa alam adalah bagian dari dirinya di masa depan. Alam memang memiliki daya atasi pencemaran secara natural, namun ada batasnya. Air sungai merupakan investasi manusia, jika kita merusaknya, umur masa depan akan semakin pendek.

Baca juga artikel terkait PENCEMARAN AIR atau tulisan menarik lainnya Dieqy Hasbi Widhana 

Sumber : (tirto.id - dqy/nqm) https://tirto.id/suramnya-mutu-air-sungai-indonesia-cmnr

Balangan Buka Seleksi Terbuka Bagi Guru Berprestasi

INI menjadi kesempatan bagi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah berprestasi dari jenjang TK, SD dan SMP tingkat Kabupaten Balangan 2017 untuk mengikuti seleksi terbuka. Dibuka secara resmi Bupati Balangan H Ansharuddin di Aula Benteng Tundakan, Paringin, Senin (10/4/2017), proses seleksi ini terbuka bagi para ‘oemar bakri’ di Bumi Sanggam.
DI HADAPAN Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Balangan Sulaiman Kurdi serta peserta seleksi kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah, Bupati H Ansharuddin menekankan pentingnya pengembangan dunia pendidikan di daerah.
“Bidang pendidikan menjadi prioritas utama dalam pembangunan daerah. Hal ini tak terlepas dari keyakinan bahwa untuk mencapai sebuah tujuan atau keberhasilan, termasuk membangun suatu daerah atau bangsa jelas terletak pada faktor manusianya,” tutur Bupati Ansharuddin.
Menurutnya, dalam konteks yang lebih praktis, maka bidang pendidikan secara langsung berkelindan dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada masa sekarang dan akan datang. “Ini juga berkaitan dengan pembentukan pada generasi dan SDM masa depan Balangan. Bahkan, generasi 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045,” cetus mantan Kepala Disdik Balangan ini.
Ansharuddin menegaskan penetapan prioritas ini tidak semata-mata hanya bidang tertentu, namun secara implisit dituntut tersedianya SDM-SDM yang berkualitas. “Saya ingatkan agar ajang ini bisa memperkuat motivasi insane penddiikan untuk mengembangkan kualitas diri dan memberikan sumbangsih terbaik terhadap pembangunan pendidikan di Bumi Sanggam,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Bupati Balangan berjanji akan menyediakan fasilitas bagi guru, kepala sekolah dan pengawas pendidikan yang berpretasi seperti bagi terbaik I diberikan bonus Rp 10 juta plus laptop. “Sedangkan terbaik kedua diberi bonus Rp 7,5 juta dan terbaik ketiga dikasih Rp 5 juta,” tandasnya

Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...