Untuk
lebih memperkenalkan bagaimana perjalanan dan sumbangsih PT Adaro
selama ini, perusahaan tambang batubara yang lokasi tambang berada di
Kabupaten Balangan dan Tabalong ini, mengelar kegiatan Blogcamp.
Kegiatan yang berlangsung selama 5 hari sejak kamis (6/4) dan berakhir Senin (11/4) lalu ini, diikuti oleh 13 blogger dari
Jakarta, Tabalong, dan Balangan, termasuk Arbain Rambey, fotografer
senior Kompas tersebut mengajak para pegiat tulis-menulis dan fotografi
ini untuk melihat langsung praktik pelestarian lingkungan yang dilakukan
Adaro serta objek-objek binaan CSR.
Kegiatan dibuka dengan pemaparan terkait kegiatan operasional dan pengelolaan lingkungan PT Adaro Indonesia oleh Iswan Sujarwo, Advisor PT Adaro Indonesia dan Didik Triwibowo, QHSE Compliance Department Head PT Adaro Indonesia di Guest House Dahai.
Sri
Maya, guru SMAN 2 Juai yang tergabung menjadi peserta mengatakan,
pemaparan yang disampaikan mengubah persepsinya tentang Adaro, terutama
terkait pengelolaan lingkungan. Maya mengaku kerap mendapat pertanyaan
dari murid-muridnya di sekolah tentang nasib lubang-lubang tambang
setelah Adaro tutup.
“Pak
Didik menjelaskan terkait komitmen reklamasi yang akan dilakukan Adaro
pasca tambang. Jujur saja, pemaparan itu membuka mata saya. Besok saya
akan membahas ini dengan murid-murid di sekolah,” ujarnya.
Destinasi pertama yang dikunjungi peserta adalah area nursery. Di sana, para blogger disambut oleh Budi Suprianto, Nursery and RevegetationSection Head PT Adaro Indonesia. Menurut Budi, selama ini telah banyak kunjungan dari berbagai elemen masyarakat ke area nursery.
“Area
ini tidak hanya digunakan sebagai lokasi pembibitan semata, tapi juga
sebagai tempat pembelajaran dan penelitian bagi masyarakat luas,” kata
Budi.
Ia menjelaskan, area nursery mampu menampung 130 ribu bibit tanaman. Per bulannya, lanjut Budi, tim di area nursery rata-rata
dapat memproduksi 30 ribu bibit dari 73 jenis tanaman. Sekitar 19 di
antaranya adalah bibit tanaman lokal, seperti angsana, ulin, gaharu,
meranti, ketapang, dan pulai.
Untuk pembibitan tanaman langka seperti ulin, Budi dan timnya harus mengeluarkan usaha ekstra. Tim nursery harus blusukan ke
hutan-hutan di Kalimantan Selatan untuk mendapatkan biji ulin. Setelah
mulai bertunas, pertumbuhannya sangat lambat, sehingga dibutuhkan
ketelatenan yang tinggi dalam merawatnya.
Selepas dari nursery, peserta diajak mengunjungi area WTP (Water Treatment Plant) untuk melihat proses pengolahan air tambang menjadi air bersih, sebelum melanjutkan kunjungan ke area reklamasi Paringin.
Di area bekas tambang yang saat ini kembali hijau tersebut, para blogger melihat langsung upaya Adaro untuk mengembangbiakkan nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia),
sebuah jenis nila unggulan yang merupakan hasil kerjasama dengan
Institut Pertanian Bogor (IPB), menggunakan air tambang.Tak sekadar
melihat, para peserta juga diberi hidangan ikan nila bakar yang baru
saja diangkat dari kolam.
Salah
satu peserta kegiatan yang bergiat dalam wadah Traveler Kaskus, Zaki
Yamani mengaku kaget ketika mencicipi rasa ikan nila di area reklamasi
yang terasa lebih segar dibanding ikan nila biasa. Menurut Zaki, apa
yang dilakukan Adaro di area reklamasi dapat mengubah persepsi
masyarakat tentang industri batubara yang memiliki citra kotor dan
merusak lingkungan.
“Nyatanya, Adaro bisa memanfaatkan air tambangnya untuk mengembangbiakkan ikan. Itu hal yang sangat menarik bagi saya,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment