Tuesday, 9 August 2016

HUT RI Ke 71


Sambut HUR RI Tampilkan Drama Klosal

PARINGIN, Menjelang peringatan HUT RI Ke 71 berbagai persiapan dan agenda telah disusun Koramil 1001-04 Batumandi mulai dari perbaikan perkarangan kantor hingga latihan untuk pegelaran drama klosal.
Menurut Danramil 1001-04/Batumandi  Kapten  Arm Anthonius Dwi Wardhana  pelaksanakan perbaikan Kantor dan Semenisasi Lapangan Apel Koramil ini dilakukan dengan swadaya satuan dan bantuan dari mitra serta masyarakat.
“Perbaikan ini selaian bagian persiapan menyambut HUT RI juga sebagai sarana memberikan contoh perkarangan yang baik dan sehat bagi masyarakat. Makanya kami buat taman ditanami tanaman obat dan sayur mayur, selain itu kita jua membuat kolam yang diisi dengan ikan khas banua yakni, ikan Papuyu," bebernya.
Selain perbaikan taman ini, lanjut Antonios, pihaknya juga akan mengelar pertunjukan drama klosal tentang perjuangan Tumenggung Jalil yang merupakan tokoh pejuang asal Balangan yang turut berjuang dengan Pengeran Antasatri di Benteng Tundakan melawan penjajah Belanda.
“Lewat pertunjukan drama klosal nanti, kita berharap masyarakat lebih dapat mengenal tokoh pejuang daerah dengan begitu rasa menghargai jasa pejuang yang diterapkan dengan mencintai daerah serta turut serta membangun daerah dapat meningkatkat. Saya juga berpesan kepada masyarakat agar terus menjaga keharmonisan antar masyarakat sehingga tercipta keamanan dan kenyaman dalam kehidupan sehari-hari,’’ pungkasnya. (sugi)

Keliling Indonesia Bersepeda



Andik Pengeliling Indonisia Mampir Di Balangan

PARINGIN, Raden Andik Parwira (69) dengan sebuah sepeda disertai dua bundel tas dan bendera Merah Putih berkibar di belakangnya, menyambangi di Sekretariat DPRD Balangan di Jalan A Yani KM 1 Paringin Selatan. Selasa (9/8) kemarin.
Kedatangan ayah dari tujuh anak tersebut disambut langsung oleh Wakil Ketua DPRD Balangan M Nor Iswan di ruang kerjanya. Tujuan Andik mampir cuma ingin minta stempel DPRD Balangan dan tanda tangan pimpinannya sebagai tanda bukti bahwa ia telah melintasi Bumi Sanggam.
Kakek dengan 12 cucu ini mengungkapkan, Balangan merupakan kabupaten kota ke 274 di Nusantara yang sudah dikunjunginya daam agenda  mengelilingi Indonesia dengan bersepeda.
“Tinggal tigabelas provinsi lagi, yakni tiga provinsi di Kalimantan dan sepuluh provinsi di Pulau Sumatera maka misi saya mengelilingi Indonesia terwujud,’’ ujar kelahiran Banten 4 Agustus 1943 silam ini.
Menurut Andik, dirinya sudah memulai misinya mengelilingi Indonesia sejak 16 September 2014, dan jarak yang sudah ditempuh sejauh 26.000 KM yang terdiri dari daratan dan lautan.‎
Misinya mengelilingi Indonesia dengan sepeda ini, menurut pensiunan Kasubdin Dishut Provinsi Kalteng, selain ingin memecahkan rekor MURI juga untuk mengkampanyekan pelestarian hutan yang sekarang keberadaannya kurang diperhatikan.
Diakui Andik, sepanjang melintasi wilayah Kalimantan kondisi hutan masih relative bagus, tapi dirinya prihatin dengan keberadaan  tambang batubara dan lahan perkebunan sawit  yang secara tidak langsung akan menghilangkan eksistensi hutan sebagai jantung Kalimantan bahkan dunia jika terus dibiarkan marajalela.
“Sawit dan Tambang harus dievaluasi lagi keberadaanya, jangan sampai dua sektor ini dibiarkan tanpa kendali. Karena dua bidang usahanya menjadi ancaman serius kerusakan lingkungan termasuk hutan secara makro,’’ pesannya.
Yang menarik dari pria berjabang ini ternyata, meskipun lahir di Banten tetapi dirinya sudah tinggal di Banjarmasin sejak tahun 1977 bahkan hingga kini KTP masih beralamatkan kota Banjarmasin.
"Ulun urang Banjar jua, KTP gen Banjarmasin. Setelah ini kalau diberi umur panjang, saya akan mengelilingi benua Australia dengan bersepeda," ucap pria nyentrik yang mengaku juga menguasai beberapa bahasa daerah ini.
Wakil Ketua DPRD Balangan M Nor Iswan yang menyambut kedatangan Andik sangat mengapresiasi semangat pria paruh baya seperti Andik, yang mengisi waktu tua dengan mengelilingi Indonesia berangkat dari kepeduliannya terhadap kelestarian hutan dan lingkungan.
"Ini patut kita contoh. Terlepas dari itu, beliau mengajarkan kita untuk hidup sehat dengan bersepeda," pungkasnya. (sugi)




Karnaval Meriahkan Hari Anak

Karnaval Meriahkan Hari Anak

PARINGIN, Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, Disdik Balangan mengelar festival anak yang diikuti ratusan anak-anak yang berasal dari sejumlah TK dan PAUD se Kabupaten Balangan di terminal Paringin Kota Selasa (9/8) kemarin.
Karnaval yang dibuka langsung oleh Bupati Balangan H Ansharuddi ini disambut antusian oleh anak-anak berpakaian beragam jenis seperti dokter, polisi, tentara, PNS hingga petani.
"Tema karnafal kali ini adalah Akhiri Kekerasan Pada Anak. Kami mengambil tema ini sebagai bentuk keprihatinan terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dewasa ini terhadap anak-anak," ujar Sekretaris Disdik Balangan, Suwarso dalam laporan panitia pelaksana.
Sedangkan dalam sambutannya, Bupati Balangan Ansharuddin mengungkapkan, secara bersama harus didasari jika setiap orang tua berkewajiban memberikan kasih sayang dan perhatikan terhadap para anak.
Perhatian yang dimaksud, kata Anshar, termasuk mempersiapkan anak-anaknya menghadapi tantangan yang akan menghadang mereka kelak.
"Anak-anak haru selalu sehat, rajin belajar, kreatif dan gemar meningkatkan kualitas diri mereka. Sedangkan orang tua, pemerintah dan semua pihak berkewajiwajib membekali anak semanjak dini dengan akhlak mulia dan jiwa kemandirian," pungkasnya.(sugi)

Kontingen Kopri Siapa Berprestasi

Kontingen Kopri Siapa Berprestasi

PARINGIN, keberangkatan kontingen Korpri Balangan untuk mengikuti turnamen pertandingan antar Korpri se Kalsel yang digelar di Kota Banjarbaru, langsung dilepas oleh Bupati Balangan H Ansharuddin Selasa (9/8) kemarin.
Prosesi pelepasan kontingen yang dilakukan di halaman Kantor Bupati Balangan tersebut turut disaksikan oleh Sekdakab Balangan, Pimpinan Bank Kalsel Cabang Paringin dan sejumlah pejabat lainnya.
"Meski bukan ajang pertandingan olahraga profesional, namun saya harap para pemain dapat bermain maksimal," pesannya.
Selain sebagai ajang pertandingan olahraga, kegiatan ini kata Ansharuddin, juga sebagai ajang silaturahmi antar para pegawai.
"Jalinlah silaturahmi dengan semua kontingen dan jangan lupa bermainlah secara fair play," ingatkannya.
Sementara menurut Ketua Kontingen Korpri Balangan Yuliansyah, ada enam cabor yang dipertandingkan, di antaranya futsal, tenis meja dan lapangan, bola voli, catur dan bulutangkis.
"Meski kita tidak mematok target apa-apa, tapi yang pasti kita akan berusaha menampilkan yang terbaik," pungkasnya. (sugi)

Monday, 8 August 2016

Menelaah Arsitektur Eropa Zaman Kolonial Di Bumi Sanggam I

Menelaah Arsitektur Eropa Zaman Kolonial Di Bumi Sanggam I

PARINGIN, Dari sekian banyak situs peninggalan arkeologi di Kabupaten Balangan ternyata pengaruh kehidupan kolonial dimasa penjejahan Belanda menghasilkan situs peninggalan budaya berupa bangunan dengan arsitektur bergaya Eropa.
Menurut data hasil penelitian Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB) Pontianak dari delapan Kecamatan di Balangan, tersebar situs-situs peninggalan arkeologi di 24 desa, diantaranya rumah dengan arsiktektur bergaya Eropa peninggalan zaman kolonial yang terletak di Desa Simpang Tiga Kecamatan Lampihong sebanyak dua buah dan satu buah di Desa Muara Ninian Kecamatan Juai.
Salah satu rumah dengan arsiktektur bergaya Eropa peninggalan zaman kolonial yakni, rumah milik Alm. H. N. Iffansjah Hanafie bin Handran yang dibangun pada tahun 1926 terletak di seberang pasar Desa Ninian Kecamatan Juai.
Rumah ini, lebih dikenal dengan sebutan Rumah Batu atau Rumah Belanda. Selaian mempunyai denah menyerupai hurup U khas rumah Eropa khususnya Belanda, bahan bangunan pun mengunakan beton untuk bagian pondasi bawah mulai dari pondasi hingga lantai untuk seluruh bagian rumah, sedangkan bangunannya menggunakan bahan kayu, khusus lantai rumah mengunakan teraso warna gelap (hitam/hijau) untuk ruang tamu, sedangkan ruang keluarga dan kamar tidur mengunakan teraso warna kuning kecoklatan dan abu-abu.
Rumah dengan persegi empat 20×20 meter dengan tinggi hampir 12 meter serta menggunakan atap sirap itu, hingga kini masih kukuh berdiri menjadi aksi hidup perjalanan Balangan.
“Pemilik rumah ini yakni, Alm. H. N. Iffansjah Hanafie bin Handran merupakan putra kelahiran Amuntai 28 Februari 1939 yang kini keluarga besarnya berada di Jakarta,’’ ujar Suriansyah (57) yang kini mendiami rumah Batu tersebut.
Sebetulnya rumah tersebut, lanjut keponakan , Alm. H. N. Iffansjah Hanafie ini, dibangun semasa ayah H. N. Iffansjah Hanafie masih hidup lalu kemudian diwariskan kepada beliau.
Namun sejak sekitar tahun 1975, kata Suriansyah, Alm. H. N. Iffansjah Hanafie berhenti mengeluti usaha karet lalu pindah ke Jakarta, sejak itulah rumah Batu dipercayakan kepada H. Kurdi yang merupakan ayah dari Suriansyah yang mendiami rumah tersebut hingga kini.
Suriansyah menilai, rumah milik Iffansyah ini, berarsiktektur bergaya Eropa peninggalan zaman kolonial karena beliau merupakan bagian dari keluarga seorang pengusaha kaya yang sering melakukan perjalanan keluar daerah.
“Wajar rumah ini bergaya rumah Belanda, karena ayah beliau Alm. Handran merupakan orang kaya pada jamannya. Sehingga membuat rumah berarsiktektur bergaya Eropa sesuai pada zaman kolonial Belanda menandakan kemapan ekonomi keluargannya,’’ jelas.
Meski rumah berarsiktektur Eropa khususnya Belanda, kata Suriansyah, tidak pernah ada cerita mengenai kedekatan ataupun hubungan keluarga Alm. H. N. Iffansjah Hanafie dengan kaum penjajah Belanda.
“Menurut sejarah, tidak ada hubungan khusus keluarga Alm. H. N. Iffansjah Hanafie dengan kaum penjajah. Meski bangunan rumah miliknya berarsiktektur Eropa pada jaman kolonial,’’ tegasnya.
Selain itu, rumah Batu ini juga sempat digunakan oleh TNI selama empat tahun yakni, mulai tahun 1959 hingga 1963 sebagai Pos penjagaan untuk keamanan dari gangguan gerakan Ibnu Hajar di Wilayah Balangan.
“Rumah Batu ini pernah digunakan para Mondrik (pasukan TNI dan Polisi) untuk pos penjagaan dari para gerombolan (kelompok Ibnu Hajar),’’ beber Suriansyah.
Selain rumah Batu ini, tambahnya, ada dua pos penjagaan lagi yang digunakan oleh para Mondrik guna menyisir para gerombolan yakni, di Desa Sungai Batung kecamatan Juai dan di Kecamatan Halong.
Dharma Setyawan guru sejarah di SMAN 1 Paringin mengungkapkan, keberadaan rumah dengan arsiktektur bergaya Eropa peninggalan zaman kolonial tidak terlepas dari kehidupan sosial pemilik rumah yang rata-rata pengusaha karet pada masa kolonial.
Wilayah Balangan dimasa kolonial, menurut lulusan FKIP Pendidikan Sejarah Universitah Unlam ini, merupakan wilayah penghasil karet dengan jumlah besar.
“Sehingga sebetulnya keberadaan Belanda di wilayah Balangan selain upaya pengamanan dan menjalankan pemerintahan di Kewedanan Balangan juga lebih kepada penguasaan produksi karet yang ada,” bebernya. (sugi)

Menalaah Bangunan Arsiktektur Eropa Zaman Belanda II

Menalaah Bangunan Arsiktektur Eropa Zaman Belanda II
PARINGIN,  Distrik Balangan adalah bekas distrik (kawedanan) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Alabio dan Balangan pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Kini wilayah distrik ini telah berkembang menjadi Kabupaten Balangan.
Ditinjau dari sisi sejarah, khususnya pada masa perjuangan fisik melawan Belanda, Balangan memang berbeda dari HSU. Pertahanan Amuntai dipegang oleh pemerintahan militer Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV Kalimantan dengan sebutan “BN. 5”, sedangkan Paringin punya kode “R. 27 – B”.
Pada masa kolonial, guna memaksimalakan produksi karet di seluruh wilayah adBalangan pemerintah kolonial Belanda mempunyai strategi khusus dalam perniagaan karet. Dimana strategi khusus itu, dinamakan system kupon, yaitu hadiah yang diberikan setiap tahunnya bagi pemilik kebun, karet yang selalu memelihara kebun karetnya dengan baik sehingga terawat dan bersih serta hasil sadapannya yang baik.
Strategi yang dijalankan Belanda guna mengambil keuntungan sebagai pihak pemegang monopoli perdagangan karet dalam jumlah besar ini ternyata, cukup efektif untuk memancing pemilik kebun karet memelihara kebun karet dan kualitas karetnya sehingga meningkatkan pendapatan para pemilik kebun.
Masa kejayaan karet ini menjadikan para pemilik kebun besar mempunyai kemapanan ekonomi dimasanya. Sehingga mereka mempunyai kesempatan membangun rumah berasektektur Eropa yang digabung dengan arsiktektur yang dikenal dengan istilah Rumah Kuna.
Ada tiga buah rumah Kuna di Kabupaten Balangan tepatnya di Desa Simpang Tiga dan Hilir Pasar Kecamatan Lampihong yang dibangun pada masa kolonial Belanda yang dibangun sekitar tahun 1932.
Ketiga rumah Kuna ini masing-masing milik Alm. H. Sjoekoer dan Alm. H Densi di Desa Simpang Tiga sedangkan satu lagi rumah Kuna milik Alm. H. Sulaiaman yang merupakan Alm. H Densi di Desa Hilir Pasar, namun sayang rumah ini terlihat kurang terawat bila dibandingkan dengan kedua rumah Kuna lainnya. Diketahui Alm. H. Densi merupakan pemilik kebun karet besar di wilayah Batu Mandi pada masa kolonial Belanda.
Arsitektur rumah Kuna ini merupakan perpaduan antara arsitektur tradisional dengan arsitektur Eropa. Arsitektur Eropa ditandai dengan pengunaan beton pada bagian depan ataupun bawah (lantai) sedangkan arsitektur tradisional ditegaskan dengan bentuk rumah panggung dan bentuk pintu dan jendela yang tinggi besar. Fasat depan penuh dengan jendela kupu-kupu yang berbentuk angin-angin. Ciri tradisional lainnya ditandai dengan adanya makam dan kolam air di samping rumah (rumah milik Alm. H. Sjoekoer). Selain itu, rumah Kuna milik Alm. H. Densi pada bagian depannya ada bangunan kecil seperti pos penjagaan. Bangunan kecil ini adalah rumah uang (brankas) yang digunakan untuk menyimpan uang hasil penjualan karet pada masa itu, hal ini membuktikan wilayah Balangan secara umum pernah mengalami jaman kejayaan karet dimasa kolonial Belanda.
’’Rumah Kuna milik Alm. H. Sjoekoer juga pernah dipakai oleh tentara Belanda saat masa revolusi pada tahun 1948-1949,’’ ujar Johansyah (63thn) salah satu warga Desa Simpang Tiga.
Rumah Kuna milik Alm. H. Sjoekoer, menurut Johansyah, dipilih Belanda sebagai pos tentaranya karena letaknya yang strategis yakni, terletak di pinggir jalan raya Amuntai-Paringin dan juga hanya berjarak sekitar 100 meter dari sungai Balangan.
Sehingga dengan menempati rumah tersebut, pihak Belanda dengan leluasa melakukan mobilisasi pasukan dari Amuntai ke Paringin akan lebih mudah baik lewat jalan darat maupun melaui jalur air yakni, mengunakan sungai Balangan yang bermuara ke daerah Amuntai ataupun Alabio hingga ke sungai Barito.
Kini Rumah Kuna milik Alm. H. Sjoekoer tersebut, kini ditempati oleh sang cucu yakni, H Farhan bin H Halidi.
“Saat Belanda memakai rumah kami sebagai markasnya, Ayah dan kakek pergi mengungsi ke tempat keluarga lain yang juga berada di Lampihong,” ungkap H Farhat.
Setelah Belanda pergi, kata H Farhat, keluarganya kembali menempati rumah tersebut.
“Namun sebelum ditempati. Rumah ini dibersihan secara aturan Islam yakni, disucikan menggunakan tanah (di Satru),” bebernya. (sugi)

Nilai Sejarah Semakin Dilupakan



Nilai Sejarah Semakin Dilupakan
Benteng Tundakan bukan satu-satunya objek bersejarah yang terkesan terbangkalai tanpa sedikit pun ada perhatian, salah satu situs kebudayaan yang bernilai bernasib sama yakni, Makam Raksasina Singa Jaya.
Makam yang terletak di pinggir sungai Batang Balangan di desa Layap Kecamatan Paringin ini terlihat sangat sederhana sebaimana makam yang biasanya berada di pemakaman umum.
Padahal sosok Raksasina Singa Jaya, yang diyakini oleh masyarakat menjadi salah satu tokoh perjuang yang ikut berjuang bersama-sama Tumenggung Jalil dan Pengeran Antasari saat mempertahankan Bentek Tundakan dari serangan Belanda.
Menurut H Sulaiman K, tokoh Raksasina Singa Jaya diyakini berasal dari Jawa Timur yang dikenal dengan nama Syahbudin.
“Menurut cerita nenek, saat Pemerintahan Belanda bisa menguasai daerah Paringin maka oleh Belanda Raksasina Singga Jaya diangkat menjadi Kiai atau Pemimpin setingkat Camat di daerah Paringin,” bebernya.
Namun kondisi ini, kata Sulaiman, tidak bertahan lama karena Raksasina diminta oleh Belanda untuk mengkoordinir rakyatnya kerja paksa untuk membuat jalan dari Paringin ke Halong dan ditolak oleh Raksasina.
Atas penolakan itu, lanjut Sulaiman, Raksasina berserta pengikutnya melarikan diri ke hutan. Dalam pelarian inilah rombongan Raksasina bertemu dan bergabung dengan Tumenggung Jalil dan bersama-sama mempertahankan Benteng Tundakan dari serangan-serangan Belanda.
“Saat Belanda menyerang Benteng Tundakan dan pasukan Tumenggung Jalil kalah maka para pejuang yang berada di Benteng tercerai berai. Rakasasina melarikan diri ke daerah Paringin, dalam pelariannya ternyata ada yang mengikutinya dan pada waktu subuh saat mengambil air wudhu di Sungai Batang Balangan dirinya ditangkap oleh Belanda,” bebernya.
Namun rupanya, kata Sulaiman, Raksasina tidak mempan saat disiksa dan ditembak oleh Belanda.
“Karena itu, Raksasina dikubur-kubur hidup oleh Belanda disebuah lobang dipinggir sungai Batang Balangan,” jelasnya.
Keberadaan makam sekarang ini sendiri, menurut Sulaiman, diyakini sebagai makam Raksasina setelah melalui ritual yang dilakukan oleh orang pintar.
Sedangkan menurut pemerhati sejarah Balangan dharma setyawan, meski keberadaan makam Raksasina Singa Jaya sebenarnya tidak bisa dikatakan dalam situs sejarah karena data pendukung keberanaannya masih sangat minim, namun keberadaan perlu diletarikan dan diteliti lebih lanjut.
“Apalagi tempat makam sekarang sudah tercatat sebagai tinggalan kebudayaan sebagaimana surat keputusan Kantor Wilayah Depertemen. Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Kalimantan Selatan tanggal 4 Agustus 1983 Nomor 081_K/P4SPKS_6/WPKKkS/1983,” jelasnya.
Apalagi lanjut, pria yang sedang menempuh pendidikan pasca serjana ini, keberadaan situs sejarah maupun situs kebudayaan sangat penting bagi generasi penerus.
“Keberadaan situs sejarah dan kebudayaan akan menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat dan tentunya menjadi modal bagi pendidikan generasi muda hingga kita tidak “pareumeun obor” akan sejarah masa lalunya,” jelasnya.
Dimana lanjut, alumni Fisip Unlam ini, keberadaan peninggalan sejarah serta adat istiadat budaya masyarakat tradisional perlu mendapat perhatian dari pemerindah daerah untuk dilestarikan keberadaannya. karena menurutnya, keberadaannya dapat dijadikan sumber bagi upaya pengenalan nilai warisan budaya kepada generasi muda saat.
Memang upaya untuk melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan, kata Dharma, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan tanpa biaya, namun jangan hal ini dijadikan alasan untuk tidak sama sekali memperhatikan keberadaan situs bersejarah ini.
“Salah satu bentuk pelestarian nilai sejarah pada situs-situs sejarah yang tersebar di Balangan bisa dilakukan melalui kegiatan widya wisata bagi para pelajar. Dimana selama kegiatan kunjungan tersebut siswa akan memperoleh suguhan informasi berkenaan dengan sejarah panjang leluhur mereka dan akan terjadi transformasi nilai dari generasi terdahulu ke generasi sekarang,” pungkasnya. (sugi)

Tumenggung Jalil dan Benteng Tundakan

Tumenggung Jalil dan Benteng Tundakan


Temenggung Jalil
Kedashsyatan perang Banjar Barito 1859-1906 juga terjadi sampai kepelosok Banua, tidak terkecuali di Balangan dimana jaman kolonial dahulu wilayah Bumi Sanggam ini merupakan distrik (Kewedanaan) yang merupakan bagian dari wilayah administratife Onderafdeeling Alabio.
Perlawan (perang) para pejuangan terhadap penjajah Belanda di wilayah Balangan tidak bisa dipisahkan dari nama tokoh Tumenggung Jalil dan Benteng Tundakan
Tumenggung Jalil dengan nama lahir Abdul Jalil mempunyai gelar Tumenggung Macan Negara dan Kiai Adipati Anom Dinding Raja merupakan pemuda kelahiran Palimbangan Hulu Sungai Utara tahun 1840 dan meninggal pada pertempuran di Benteng Tundakan (Balangan) pada tanggal 24 September 1861 pada umur 21 tahun.
Menurut pemerhati sejarah Balangan Dharma Setyawan, kisah heroik perjuangan Tumenggung Jalil tidak kalah dengan para pejuang perang Banjar lainnya, selain gelar Tumenggung Macan Negara dan Kiai Adipati Anom Dinding Raja yang melekat pada diri Tumenggung Jalil Pengeran Hidayatulah juga memberikan hadiah sebuah tombak berlilit hiasan naga atas keberaniannya.
“Tumenggung Jalil dikenal sebagai rakyat biasa (Jaba) meskipun beliau sebenarnya masih mempunyai hubungan keluarga dengan Adipati Danuraja yang kala itu yang berkuasa diwilayah Banua Lima namun memihak Belanda,” beber pria yang akrab disapa bang Dharma ini.
Lebih jauh, ketua Komunitas Historia Indonesia (KHI) wilayah Kalsel ini mengungkapkan, Tumenggung Jalil adalah panglima perang dengan basis pertahanan di Banua Lima, sejak kecil dia dikenal pemberani dan pendekar dalam ilmu silat. Pada waktu berusia 20 tahun dia terlibat dalam perlawanan terhadap Belanda di Desa Tanah Habang dan Lok Bangkai. Karena kepahlawanannya dia dikenal sebagai Kaminting Pidakan (Jagoan).
Perjuangan Tumenggung Jalil, kata Dharma dimulai saat tahun 1859 dengan menyusun kekuatan di Banua Lima. Tumenggung Jalil membuat pos-pos penjagaan di sekitar Babirik, Alabio dan Sungai Banar. Di sekitar Masjid Amuntai didirikan benteng. Dimana pada awal Februari 1860, Belanda mengerahkan kapal-kapal perang Admiral van Kingsbergen dan kapal Bernet dengan beberapa ratus serdadu dan pasukan meriam dipimpin oleh Mayor Gustave Verspijck. Kapal perang itu akhirnya sampai di Alabio, dan seterusnya terpaksa menggunakan kapal atau perahu yang lebih kecil karena rintangan yang banyak di sungai. Pertempuran terjadi di sekitar Masjid Amuntai.
“Benteng di sekitar masjid dipertahankan dengan kuat di bawah pimpinan Matia atau Mathiyassin, pembantu utama Tumenggung Jalil dengan gagah berani mengamok menyerbu serdadu Belanda. Beratus-ratus yang menjadi syuhada dalam pertempuran itu, 44 orang di antaranya dimakamkan di Kaludan,’’ bebernya.
Selanjutnya, kata Dharma, pasukan para pejuang yang dipimpin
Tumenggung Jalil setelah terpukul di Banua Lima, kemudian menggabungkan diri ke benteng Tundakan bersama-sama Tumenggung Baro dan Pangeran Maradipa.
Lebih jauh, Dharma merinci, pada 24 September 1861 pasukan Belanda dengan kekuatan sekitar 300 orang dibawah pimmpinan Kapten Van Langen dan Kapten Van Heyden mengepung Benteng Tundakan yang dipertahankan oleh Tumenggung Jalil bersama-sama Pangeran Antasari dan tokoh pejuang lainnya. Benteng Tundakan hanya dipertahankan dengan 30 pucuk meriam dan senapan jauh lebih kecil dibanding dengan persenjataan Belanda. Meskipun dengan persenjataan yang kecil, tetapi dengan semangat juang tak kenal menyerah, akhirnya Belanda terpaksa mundur dan dapat dihalau dari tempat pertempuran.
Namun sayang, ungkap Dharma, dalam pertempuran itu, ternyata Tumenggung Jalil gugur sebagai kesuma bangsa. Mayatnya ditemukan dalam tumpukan tumpukan mayat-mayat serdadu Belanda, jauh di luar benteng. Ketika perang sedang berkecamuk, Tumenggung Jalil mengamuk ke tengah-tengah musuh, dan dia menjadi korban bersama-sama serdadu Belanda yang dibunuhnya.
“Tumenggung Jalil menjadi syahid, seorang putera bangsa terbaik telah hilang. Kebencian Belanda kepada Tumenggung Jalil sebagai musuhnya yang paling ditakutinya, berusaha mencari dimana kuburan Tumenggung ini. Akhirnya penghianat perjuangan memberi tahu letak kuburan tersebut. Kuburan dia dibongkar kembali oleh kaki tangan Belanda, tengkoraknya diambil dan disimpan di Negeri Belanda, sisa mayatnya dihancurkan dan dia pejuang bangsa yang kubur tidak jelas keberadaannya,’’ ungkapnya.
Benteng Tundakan
Areal Benteng Tundakan yang berada di desa Tundakan Hulu Kecamatan Awayan pada masa perjuangan dulu, merupakan tempat yang termasuk garis pertahanan Pengeran Antasari di Hulu Sungai (Banua Lima) dibawah Penglima Perang Tumenggung Jalil.
Kini Benteng Tundakan merupakan salah Satu dari Tiga tempat Cagar Budaya di Kabupaten Balangan yang langsung dibawah naungan Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda yang dibawahi langsung oleh diretur jendral kebudayaan kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.
Juru pelihara Benteng Tundakan, Muhammad Ilmi mengungkapkan, luas areal Benteng Tundakan sesuai dengan pagar keliling yang dibuat semasa Balangan masih jadi satu dengan Hulu Sungai Utara adalah sekitar lebar 200 meter dan panjang 100 meter. Kini kondisi benteng yang berupa parit-parit ala mini masih terjaga dengan baik, meskipun para pengunjungnya tiap tahunnya masih bisa dihitung dengan jari tangan.
Selain parit alam, kata Ilmi, dikawasan Benteng Tundakan juga terdapat lobang (mulut goa) yang dipercaya merupakan jalan untuk masuk keterowongan (goa) didalamnya dan juga sebuah makam yang oleh kebanyak warga diyakini sebagai kubur Tumenggung Jalil.
“Makam Tumenngung Jalil terletak diluar areal Benteng dan berada disekitar sungai kecil. Sedangkan untuk mulut goa ada tiga dan diyakini saling berhubungan,’’ bebernya.
Menurut cerita orang tua dulu, kata Ilmi, kubur Tumenggul Jalil berada dibawah pohon Binjai dan dekat sungai namun, kini pohon Binjainya sudah tidak adalagi sedangkan penunjukan kubur sekarang dilakukan oleh salah satu tokoh masyarakat dimasa lalu dengan cara penunjukan langsung.
Sedangkan keberadaan goa yang ada diareal Benteng Tundakan, menurut Ilmi, dibuktikan dengan adanya salah satu warga desanya dengan bantuan salah seorang yang dikenal Tutus Benteng (keturunan penghuni Benteng/orang pintar) bisa masuk kedalam goa tersebut.
“menurut pengkuan orang yang masuk tersebut, didalam goa ada ruangan yang cukup luas, jika diibaratkan bisa mobil truk berpapasan. Sedangkan sebelum sampai ketempat itu harus terlebih dahulu melewati beberapa cabang terowongan dan ada sungai kecil didalamnya,” bebernya.
Terkait pertempuran di Benteng Tundakan sendiri, masih menurut cerita yang dari orang tua dulu ungkap Ilmi, memang ada penghiat yang menunjukan lokasi Benteng Tundakan dan Belanda menyerang mulai arah belakang Benteng Tundakan bukan dari muka.
“Para pejuang memang dalam kondisi tidak siap, bahkan Tumenggung Jalil sendiri dalam keadaan sakit. Padahal para pejuang sudah menempatkan orang dilokasi yang diberi nama Maningau guna memantau pergerakan Belanda jika mau menyerang Benteng, tapi karena Belanda menyerang dari arah belakang maka orang yang bertugas mengawasi pergerakan Belanda tidak mengetahui jika Belanda menyerang Benteng,” bebernya.
Khusus mengenai adanya penghianat yang memberitahu pihak Belanda dimana lokasi kubur Tumenggung Jalil, menurut Ilmi, memang benar adanya.
Bahkan buktinya, hingga kini di desa Tundakan yang dulunya bernama Tandakan (kumpulan para pejuang) ada satu lokasi yang diberi nama Sumpahil.
“Tempat ini diberi nama Sumpahil karena ditempat itulah para pejuang memberikan sumpah gila tujuh turunan yang ditunjukan untuk orang yang memberitahu lokasi kubur Tumenggung Jalil kepada Belanda,” bebernya.
Selain itu, Bapak dua anak ini, juga memperlihatkan sebuah meriah tangan (Meriam Lila) yang merupakan sisa senjata pasukan Tumenggung Jalil saat pertempuran 23 september 1861 yang hingga kini masih disimpannya.
“Meriam ini merupakan warisan turun temurun, sedangkan cerita asal muasalnya saya kurang tau pasti, namun Meriam ini diyakini milik pasukan Tumenggung Jalil,” tutupnya.
Kita sebagai genarai penerus Bangsa sudah seharusnya peka terhadap keberadaan situs sejarah dan jalan sejarahnya. Seperti Benteng Tundakan serta ketokohan Tumengung Jalil agar dipelihara keberadaannya karena pelestarian situs sejarah akan memberikan ikatan kesinambungan yang erat, antara masa kini dan masa lalu.
Pemahaman yang dangkal tentang kesejarahan akan mendegradasi intelektualitas dan moral kita sebaga generasi muda, jangan lupa bahwa mempelajari sejarah adalah mengenai mempelajari pengalaman masa lalu untuk merajut masa depan.
Karena dengan lestarinya situs sejarah, kita dapat lebih mudah mengetahui peristiwa maupun sikap, ide-ide, filosofi, kepercayaan, keindahan, dan pola kehidupan dimasa lalu yang bisa kita jadikan panutan dimasa sekarang dan akan datang. Generasi muda yang buta sejarah adalah generasi yang kehilangan identitas dirinya. (sugi)

Tumenggung Jalil dan Pemberontakan Banua Lima

Tumenggung Jalil dan Pemberontakan Banua Lima di Bumi Sanggam
Banyaknya tempat bersejarah baik sejarah perjuangan maupun peninggalan peradapan kebudayaan di Balangan tidak terlepas dari kondisi wilayah Balangan yang pada masa silam menjadi pusat pemukiman masyarakat yang ramai.
Namun sayang, keberadaan situs-situs bersejarah tersebut seakan tidak terperhatikan keberadaannya sehingga ada beberapa objek bersejarah kondisinya memerhatinkan.
Salah satu, objek bersejarah yang terlihat kurang terawat dan terkesan diabaikan ialah situ sejarah Benteng Tundakan yang berada di Desa Tundakan Kecamatan Awayan. Dimana gerbang masuk kawasan benteng alam yang dimasa lalu dijadikan benteng pertahanan oleh Pengeran Antasari saat melawan penjajahan kolonial Belanda terlihat lapuk dan sudah mau rubuh.
Selain itu, makam yang dipercaya sebagai kubur dari Tumenggung Macan Negara (Tumenggung Jalil) salah satu pejuang yang gugur dalam peperangan 24 September 1861 saat pasukan Pengeran Antasari mempertahankan Benteng Tundakan, terlihat tidak terawat.
Salah satu pemerhati sejarah Balangan, dharma setyawan mengungkapkan, keberadaan situs sejarah bukan hanya sekedar ornamen bukti suatu peristiwa namun, juga merupakan kawasan yang mempunyai makna kultural yang berupa nilai keindahan, sejarah, keilmuan, atau nilai sosial untuk generasi lampau, masa kini, dan masa mendatang.
Benteng Tundakan sendiri, kata Dharma, merupakan salah tempat yang termasuk garis pertahanan Pangeran Antasari di Hulu Sungai.
Khusus perlawan melawan Belanda di Kawasan Banua Lima, Pengeran Antasari menunjuk Tumenggung Jalil sebagai panglima perang di wilayah Banua Lima dan diberi gelar Kiai Adipati Anom Dinding Raja oleh Pangeran Hidayatullah.
“Atas dasar penunjukan itulah, Tumenggung Jalil mempersiapkan beberapa kubu pertahanan di sekitar Balangan, yaitu benteng Batumandi dan benteng Kusambi. Benteng Batumandi dipimpin oleh Pangeran Syarif Umar dan Pangeran Usman serta Demang Lehman, sedangkan Tumenggung Jalil sendiri mempersiapkan dikawasan Kusambi, Lampihong, Layap dan Muara pitap,” bebernya.
Keberadaan Benteng Tundakan, lanjut salah staf pengajar di SMAN 1 Paringin ini, merupakan tempat krusial yang digunakan pejuang dibawah pimpinan Pengeran Antasari sekitar 1858 hingga 1861 silam saat melawan penjajah Kolonial Belanda.
Namun sayang, kata Dharma pria ini akrab disapa, pada 24 September 1861 sekitar 300 orang tentara Belanda dipimpin oleh Kapten Van Langen dan Kapten Van Heyden mengepung Benteng Tundakan dan dalam petempuran itu Tumengung Jalil gugur sebagai pahlawan.
“Ketokohan Tumengung Jalil sebagai tokoh besar pahlawan banjar harus kitainformasikan, dipelajari dan diteladani. Karena dari sosok seorang Jalil yang merupakan rakyat bisa (Jaba) kita bisa belajar bagaimana pentingnya mempertahankan harga diri bangsa yang bermartabat,” bebernya.
Untuk itu, lanjut Alumni Fisip Unlam ini, keberadaan situs sejarah seperti Benteng Tundakan serta ketokohan Tumengung Jalil agar dipelihara keberadaannya karena pelestarian situs sejarah akan memberikan ikatan kesinambungan yang erat, antara masa kini dan masa lalu.
Pemahaman yang dangkal tentang kesejarahan mendegradasi intelektualitas dan moral generasi muda, jangan lupa bahwa mempelajari sejarah adalah mengenai mempelajari pengalaman masa lalu untuk merajut masa depan.
“Karena dengan lestarinya situs sejarah kita dapat lebih mudah mengetahui peristiwa maupun sikap, ide-ide, filosofi, kepercayaan, keindahan, dan pola kehidupan dimasa lalu yang bisa kita jadikan panutan dimasa sekarang dan akan datang. Generasi muda yang buta sejarah adalah generasi yang kehilangan identitas dirinya,” pungkasnya. (sugi)

Bukit Balawanai Negeri Atas Awan


Bukit Balawanai Negeri Atas Awan

PARINGIN,  Satu lagi, destinasi wisata Balangan yang patut dikunjungi karena keindahan alamnya yakni, Bukit Balawanai.
Meski hanya berada diketinggian 284 Meter Di atas Permukaan Laut (MDPL), bukit yang berada di perbatasan desa Puyun dan Karya Kecamatan Halong ini menyajikan pemandangan luar biasa dimana seakan-akan kita berada diatas hamparan awan.
Perjalanan menuju Bukit Balawanai sendiri cukup singkat dan mudah, dari ibu kota Kecamatan Halong hanya dibutuhkan sekitar 30 menit maka kita sudah sampai dilokasi Bukit Balawanai ini.
"Perjalanan mulai simpang 4 halong hanya butuh 30 menit. Jadi kita ke desa Puyun dulu setelah sampai langsung menuju Bukit Balawanai cara bekendaraan sampai kaki bukitnya setelah itu baru berjalan kaki menanjak sekitar 10 menit," ungkap Arman yang telah beberapa kali kebukit Balawanai ini.
Menurutnya, saat berada diatas Bukit Balawanai bisa menikamati keindahan pemandangan alam yang terdiri dari hamparan pengunungan meratus serta ditemani kicauan beragam burung.
"Jika dipagi hari selain dapat menyaksikan sunrise kita juga akan merasakan sensasi berada diatas awan, karena kita dapat menyaksikan pemandangan pergerakan awan dari atas," jelasnya. (sugi)

Pembangunan RPH Penganti Terkendala Anggaran

Pembangunan RPH Penganti Terkendala Anggaran

PARINGIN,  Tidak berfungsinya Rumah Potong Hewan (RPH) di Kecamatan Kecamatan Batu Mandi yang dibangun pada tahun 2009 lalu, disebabkan penempatannya kurang stratiges.
Direncanakan pembangunan RPH pengganti di Kecamatan Lampihong yang oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Perikanan dan Peternakan (PTPHPP) hingga kini tak kunjung ada kejelasan.
Salah seorang penjagal hewan, Herman mengungkapkan, sebelumnya ia mempertanyakan terkait pembangunan RPH di Batumandi itu oleh pemerintah, padahal kata dia penjagal rata-rata berdomisili di Paringin dan Lampihong.
"Harusnya sebelum membangun dimusyawarahkan dulu dengan kita para penjaga agar pembangunannya tidak sia-sia," jelasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Peternakan Dinas PTPHPP Balangan, Mahrita mengungkapkan, pihaknya sudah mengusulkan pembangunan RPH di Lampihong melalui anggaran DAK. Namun belum disetujui.
Dirinya berjanji,  akan kembali mengusulkan lagi pada DAK 2017 dengan Pagu anggaran sebesar Rp400 juta.
"Kami juga dalam waktu dekat akan mengumpulkan para penjagal terkait titik lokasi pembangunan RPH nanti supaya sesuai keinginan para penjagal," pungkasnya. (sugi)

Peminat Nanag Galuh Minim

Peminat Nanag Galuh Minim

PARINGIN, Jumlah peserta seleksi Nanang dan Galuh (Naga) Balangan 2016 hingga kini masih minim peserta.
Dimana pendaftaran seleksi peserta Naga yang dibuka sejak sebulan yang lalu, hingga kini hanya ada 15 peserta yang mendaftar.
"Hanya ada 15 peserta yang mendaftar, untuk itu kita perpanjang masa pendaftaran," ujar Kabid Pariwisata pada Disporaparbud Balangan Hamdani.
Menurut Hamdani, untuk lebih menarik minat anak muda ikut pemilihan Naga Balangan 2016 pihaknya melakukan sosialisasi langsung ke sekolah-sekolah.
Dengan sosialisasi ke sekolah diharapkan makin banyak peserta yang ikut pemilihan Naga Balangan ini.
Selain itu, dirinya berharap, para peserta bisa mempersiapkan bakat, public speaking, dan yang pasti mampu mempromosikan kebudayaan, kesenian, dan pariwisata Balangan.
"Semoga dengan pemilihan Naga Balangan ini dunia pariwisata khususnya dan Balangan umum bisa semakin dikenal secara luas ditengah masyarakat," pungkasnya. (sugi)

Sistem Bioflok Jadi Rujukan










Sistem Bioflok Jadi Rujukan

PARINGIN, Sistem Bioflok yang diterapkan Balai Benih Ikan (BBI) Gunung Manau Balangan kini menjadi rujukan berbagai kalangan, tidak hanya di Kalsel namun juga luar provinsi.
Sembilan bulan berjalan sejak Agustus 2015 lalu, kini sistem Bioflok yang diterapkan BBI Gunung Manau menjadi pusat informasi tentang sistem Bioflok.
"Respon dari masyarakat sangat baik, instansi dan perusahaan berdatangan untuk belajar sistem ini ke BBI Gunung Manau. Banyak yang datang bahkan beberapa desa di semua kecamatan di Balangan juga datang, ada juga dari pelajar dan perguruan tinggi, bahkan dari Kaltim juga ada," ujar Kepala BBI Gunung Manau.
Kebanyakan yang datang ke BBI Gunung Manau, kata Arifin, mereka ingin mengetahui lebih luas seperti apa sistem Bioflok tersebut dan berencana menerapkannya.
Melihat besarnya minat masyarakat setempat untuk menerapkan sistem Bioflok dalam membudidaya ikan, pihaknya pun kata Arifin secara khusus melaksanakan pelatihan sejak awal tahun 2016 tadi dan sudah ada satu angkatan.
"Mereka mendapatkan materi tentang bioflok, sekaligus praktik langsung di lapangan," ujar Arifin.
Sebelum adanya sistem Bioflok ini Balai Benih Gunung Manau dulunya hanya mampu menghasilkan bibit ikan sebanyak 30 ribuan saja, kini dengan sistem Bioflok ini sudah mencapai dua kali lipat.
"Dengan sistem Bioflok ini, sudah saatnya swasembada ikan di Balangan bisa terwujud," pungkasnya. (sugi)

Agustus Serentak Imunisasi Campak

Agustus Serentak  Imunisasi Campak

PARINGIN,  Bulan Agustus mendatang akan dilaksanakan imunisasi campak terintegrasi dengan vitamin A di bagi anak-anak Balangan.
"Pelaksanaan imunisasi campak terintegrasi dengan vitamin A ini merupakan Crash program campak," ujar Kabid Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabupaten Balangan, Adawiyah kemarin saat rapat kerja dengan pengelola program imunisasi se kabupaten Balangan.
Imunisasi campak ini, kata Adawiyah, akan dilaksanakan di seluruh Posyandu yang ada di Balangan selama bulan agustus
"Disamping imunisasi diposyandu, para petugas juga akan kita arahkan untuk melaksanakan sweeping bagi yang belum sempat ke posyandu untuk memberikan imunisasi campak kepada anak berumur 9 sampai 59 bulan dan umur 6 sampai 59 bulan bagi vitamin A," bebernya.
Imunisasi campak, lanjut dia, penting untuk menjaga kekebalan tubuh anak terhadap indikasi penyakit campak yang bisa membahayakan tubuh.
Campak sendiri, kata Adawiyah, merupakan penyakit menular yang bisa menyebabkan komplikasi terhadap tubuh manusia diantaranya, bisa mengalami kebutaan pada mata, sesak nafas atau gangguan paru-paru.
Untuk itu, dirinya menghimbau agar para orang tua untuk membawa anaknya melakukan iminusasi Campak ini.
"Imunisasi campak gratis dan jangan takut keaslian vaksinnya. Karena kita menjamin keaslian vaksin yang akan diberikan," pungkasnya. (sugi)

Penyakit Tidak Menular Sebabkan 63% Angka Kematian

Penyakit Tidak Menular Sebabkan 63% Angka Kematian


PARINGIN,  Angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular mencapai 63%. Untuk itu, perlu deteksi  dini untuk menekan permasalahan kesehatan tersebut.
Untuk memperkuat deteksi  dini Dinkes Balangan menyelenggarakan pelatihan Kader Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM),
Selasa (26/7) kemarin.
Menurut kepala Dinkes Balangan, Humam Arifin, pembentukan dan pelatihan Posbindu PTM ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara mandiri dan berkesinambungan.
“Posbindu PTM ini merupakan kepunyaan masyarakat, dari, oleh dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader dibantu dan di bimbing oleh petugas kesehatan,” ungkapnya.
Posbindu PTM sendiri, lanjut Humam, merupakan program yang digagas Kementerian Kesehatan untuk mengendalikan dan mendeteksi dini sejumlah penyakit tak menular, misalnya, penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis.
“Pelatihan ini diikuti 55 kader Posbindu PTM  perwakilan wilayah kerja Puskesmas se Balangan. Diharapkan setelah pelatihan ini para kader akan mampu mengelola Posbindu PTM di desanya masing-masing," pungkasnya. (sugi)

Akan Tambah Demplot hortikultura

Akan Tambah Demplot hortikultura

PARINGIN, Untuk meningkatkan minat masyarakat dalam membudidayakan tanaman sayuran (hortikultura) Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Kabupaten Balangan berencana menambah Demplot (contoh) kebun hortikultura.
"Sekarang baru ada 10 demplot hortikultura kita berencana menambah 6 buah lagi," ujar Kepala BPPKP Kabupaten Balangan Rahmadi.
Penambahan ini, kata Rahmadi, guna memberikan contoh lebih banyak dan beragam tentang hortikultura.
"Hortikultura merupakan komoditas yang memiliki prospektif yang sangat baik untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi khususnya bagi para petani," ungkapnya.
Untuk itulah, lanjut Rahmadi, pihaknya terus mendorong pengembangan hortikultura di Balangan.
"Kita berkeinginan Balangan bisa menjadi produsen hortikultura, karena secara geografis ini bisa diwujudkan," pungkasnya. (sugi)

Terancam Gagal Ikut Piala Suratin

Balangan Terancam Gagal Ikut Piala Suratin

PARINGIN, Hingga kini tim Balangan yang akan berlaga di Piala Suratin pada bulan Agustus nanti di Tanah Bumbu terancam gagal ikut serta.
Pasalnya hingga kini, PSSI Balangan tidak memiliki cukup dana operasional bagi tim suratin Balangan untuk ikut andil di kejuaran sepak bola usia dini ini.
Menurut ketua PSSI Balangan H Duas, kemungkinan besar Balangan tidak bisa ikut piala suratin karena terkendala dana.
"Padahal tim suratin ini kita sudah bentuk setahun lalu, bahkan kita optimis bisa meraih prestasi tinggi karena kompisisi tim sangat siap dan memadai," ujar Duas disela pertandingan PS Balangan melawan HSS pada seleksi Liga Nusantara zona 2 Kalsel, Kamis (28/7) kemarin.
Untuk tim PS Balangan sendiri, menurut Duas, menggunakan anggaran seadanya dari bantuan pemerintah daerah yang turut serta membantu.
"Kami berharap semua pihak agar memberikan dukungan agar PS Balangan maupun tim suratin bisa terus ikut bepartisipasi pada ajang sepek bola di Banua maupun Nasional," harapnya.
Sekedar diketahui, PS Balangan menang 1-0 atas HSS dan akan bertanding lagi 8 Agustus mendatang melawan HST. (sugi)

Angkutan Batubara Bebas Gunakan Jalan Umum???


angkutan batubara bongkar muatan karena mengalami kerusakan tepat ditengah jalan A. Yani KM 1 Batu Piring (Balangan) 2. Mobil dum truk pengangkut batubara tercungkal saat mengalami kecelakaan di Jln A Yani KM 10 Kecamatan Batumandi

Angkutan Batubara Bebas Gunakan Jalan Umum???

PARINGIN, Beberapa bulan terakhir maraknya angkutan seman bertonase besar sempat menjadi polimek ditengah masyarakat bahkan sempat terjadi gelombang unjuk rasa yang digelar guna menyuarakan masalah tersebut.
Ditengah berselewerannya angkutan semen tersebut, ternyata angkutan batubara juga turut serta meramaikan lalulintas dijalan umum wilayah Banua Anam.
Dari pantauan Media Kalimantan dilapangan, angkutan batubara yang tiap hari melintas dengan jumlahnya puluhan ini  rata-rata mengunakan dump truk dengan ciri menutup bak terbukanya dengan terpal secara rapi sehingga tidak terlihat apa yang menjadi barang angkutannya.
Selain itu, biasanya angkutan ini beriringan 3 sampai 4 buah dalam setiap kali melintas.
“Itu angkutan batubara dari Rantau untuk pabrik semen di Tanjung,’’ ujar salah satu warga Paringin, Rasidi.
Informasi ini diakui Rasidi, didapatnya dapat dari sopir angkutan batubara itu sendiri karena sering parkir didekat rumah diwaktu pagi hari untuk istirahat.
“Tanya saja pada sopir atau karnetnya pasti jawabannya Batubara buat pabrik semen,’’ bebernya.
Padahal terkait angkutan hasil tambang ini, sudah diatur lewat Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Kalsel Nomor 3 Tahun 2012 tentang Penggunaan Jalan Umum dan Jalan Khusus Untuk Angkutan Hasil Tambang dan Hasil Perkebunan Besar. Dimana angkutan tambang termasuk batubara dilarang mengunakan jalan negara.
Terpisah Wakil Ketua DPRD Balangan M Nor Iswan saat dimintai komentar terkait kondisi ini mengungkapkan, sementara ini pihaknya baru mendapat aduan-aduan dari masyarakat tentang maraknya angkutan truk batubara malam hari yg melintas.
"Banyak masyarakat mengadu adanya truk bermuatan batubara melintas ke arah Tabalong. Ada yang mogok di jalan, terguling atau ceceran batu bara yg tumpah d jalan," ungkapnya.
Sedangkan laporan atau pemberitahuan resmi dari Pemkab, lanjut Iswan, belum ada terima.
"Untuk itu, kami nanti akan meminta meminta kepada Pemda atapun Dinas terkait untuk melakukan pengecekan dan pemeriksaan dan menyampaikan hasilnya kemasyarakat luas supaya ada kejelasan terkait masalah ini. Karena kalau ini benar adanya ada angkutan batubara melintas dijalan tanpa ijin maka jelas melanggar aturan yg ada," jelasnya.
Terpisah Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Dishubkominfo Balangan, Hedy Mulyawan saat dikonfirmasi mengatakan, untuk angkutan Batubara yang marak melintas di Balangan menjadi wewenang provinsi.
Karena ada izin yang dikeluarkan oleh instansi di provinsi terkait angkutan ini.
"Kami baru tahu ada izin angkutan batubara ini saat mengelar giat beberapa waktu lalu. Karena adanya izin itu, kami disini tidak bisa bertindak apa-apa," jelasnya.
Menimpali komentar itu, salah satu warga Paringin lainnya, Rasidi mengatakan, truk-truk angkutan batu bara lewat jalan umum atau jalan negara, jelas-jelas melanggar peraturan daerah (Perda) Kalsel yang berisikan larangan mengangkut hasil tambang melalui jalan umum.
Maraknya aktivitas angkutan batubara dijalan raya, menurut Rasidi, sebagai bukti nyata jika tatakelola pemerintah dan penegakan aturan begitu amburadulnya.
"Padahal Perda Nomor 3 Tahun 2008 ini sudah diberangi dengan Tim Gakkum yang terdiri dari unsur kepolisian dan Dinas Perhubungan untuk melakukan pengawan penegakannya," tegasnya.
Jadi, menurut dia, jika Perda ini terus dilanggar maka patut dipertanyakan dimana Tim Gakkum ini berada.
"Tim Gakkum harus bertindak sesuai tuganya untuk melakukan monitor dan penindakan terhadap pelanggar Perda ini. Jika tidak ada kiprahnya sekalian saja Perda sama Tim Gakkum dibubarkan," pungkasnya. (sugi)

Angka Pencari Kerja Masih Tinggi

Angka Pencari Kerja Masih Tinggi

PARINGIN,  Angka pencari kerja di Balangan masih tinggi, dimana hingga akhir Juli lalu sedikitnya ada 773 orang tercatat membuat kartu pecari kerja (AK1 atau kartu kuning) di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Balangan.
“Ada 773 orang yang mengurus AK1 atau kartu kuning,” kata Kabid Tenaga Kerja pada M. Johansyah. Z, Selasa (2/8) di kantornya.
Dari 773 pencari kerja ini, kata Johansyah, 52 orang diantaranya sudah mendapat pekerjaan.
Untuk jumlah pencari kerja sendiri, lanjut dia, tentu bertambah banyak jika dikalkulasikan dengan jumlah pencari kerja tahun sebelumnya yang belum mendapat kerja.
"Untuk mempermudah para pencari kerja kami selalu memberitahukan laporan lowongan kerja yang disampaikan oleh perusahaan yang beroperasi di Balangan bagi mereka pencari kerja," bebernya.
Terkait lowongan kerja yang disampaikan perusahaan ini, menurut Johansyah, merupakan sebuah kewajiban bagi perusahaan.
"Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) No.4 Tahun 1980 tentang wajib lapor lowongan pekerjaan. Jadi, perusahaan wajib melaporkan jika ada kesempatan kerja di perusahaannya,” tegasnya.
Ia menambahkan, dalam pasal 2 Keppres No.4 Tahun 1980 tersebut dijelaskan bahwa setiap perusahaan wajib melaporkan secara tertulis ke instansi terkait apabila ada lowongan pekerjaan.
“Selain itu, bagi perusahaan yang sudah menerima tenaga kerja dapat juga harus melaporkan ke Dinsosnakertrans Balangan sehingga bisa terdata berapa jumlah pencari kerja yang sudah mendapat pekerjaan,” pungkasnya.(sugi)

Banyak Siswa Baru Akui Pernah Konsumsi Narkoba

Banyak Siswa Baru Akui Pernah Konsumsi Narkoba
PARINGIN,  Peredaran gelab Narkoba sudah sangat mengawatirkan, ini dibuktikan dengan pernyataan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Balangan. Dari hasil kunjungan pihaknya  sekolah, sejumlah murid baru mengakui pernah mengkonsumsi narkoba dan obat-obatan terlarang.
"Dari kunjungan kami kesekolah, ada saja murid baru yang mengaku pernah mengkonsumsi Narkoba.
Bahkan 39 dari 170 siswa baru salah satu SMA di Balangan mengakui pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang mulai dari zenith hingga sabu-sabu," beber Kepala BNN Balangan AKBP Abdul Muthalib.
Sedangkan di salah satu Madrasah Aliyah Negeri (MAN), lanjut Muthalib, dari 60 siswa baru delapan di antaranya secara blak-blakan mengaku pernah menyalahgunakan obat yang masuk daftar G tersebut.
"Dan untuk tingkatan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), sepuluh dari 65 siswa kelas IX yang diwawancarai secara terbuka menyatakan pernah mencoba zenith bahkan hingga hampir candu," ungkapnya.
Menyikapi permasalahan ini, pihaknya kata mantan Wakapolres Balangan ini, terus akan berupaya  melakukan pencegahan penyalahgunaan Narkoba diusia sekolah dengan melibatkan lembaga kependidikan terutama sekolah-sekolah.
Selain itu, lanjutnya, juga akan melakukan rehabilitasi rawat jalan kepada anak-anak yang mengaku tersebut sesuai kemampuan, baik dari tenaga hingga dana yang dimiliki oleh BNN Balangan.
Untuk itu ia mengajak semua pihak khususnya pemerintah dan masyarakat serta orang tua siswa ini, agar bersama-sama membentengi anak-anak penerus generasi bangsa ini dari penyalahgunaan narkoba dan sejenisnya.
"Pengakuan anak-anak ini patut kita apresiasi dan ditindaklanjuti secara bersama. Agar masalah ini jangan berlarut-larut dan menimbul masalah baru," pungkasnya. (sugi)

PNS Ogah Jadi Petugas Khusus

PNS Ogah Jadi Petugas Khusus

PARINGIN, Para PNS dilingkup Pemkab Balangan bisa dibilang masih ogah untuk mengambil profesi khusus (petugas khusus) dalam karir kepegawaian.
Ini terbukti dengan banyaknya petugas khusus yang seharusnya berada ditingkat Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang diisi oleh para PNS tidak terisi lantaran para PNS enggan menempatinya.
Diantara petugas khusus yang hingga kini masih kosong yakni, Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP), Petugas Pengawasan Ketenagakerjaan, Petugas Penyalur Ketenagakerjaan, Petugas Mediator Ketenaga Kerjaan dan lainnya.
Padahal keberadaan para petugas khusus ini sangat penting keberadaannya, karena sangat dibutuhkan langsung oleh masyarakat luas. Petugas Pengawas Pangan misalnya, berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan mutu hasil pertanian di daerah agar bahan pangan dapat terjamin mutu dan keamanannya. Sedangkan Pengawasan Ketenagakerjaan bertugas mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan, sehingga keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan pekerja dapat terpenuhi.
Kabid Tenaga Kerja pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Balangan M. Johansyah. Z mengakui, jika tidak adanya petugas khusus dibidang ketenagakerjaan karena para pegawai tidak ada yang berminat menjadi petugas khusus tersebut.
"Kita sudah pernah mengusulkan pengadaan petugas khusus ini. Tapi para pegawai tidak ada yang berminat lantaran waktu pelatihan yang harus diikuti cukup lama," ujar Johansah.
Rata-rata lama waktu pelatihan, lanjut dia, berkisar antara 4 sampai 6 bulan yang harus diikuti pegawai jika ingin menjadi petugas ini.
"Kabanyak pegawai menolak menjadi petugas khusus dengan alasan waktu pelatihan lama dan kita tidak bisa juga memaksa mereka harus ikut," bebernya.
Senada dengan itu, Plt Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (BKP3) Kabupaten Balangan Rahmadi Oe'un Stivus mengakui, jika hingga kini SKPD yang dia pimpin belum memiliki petugas PMHP lantaran tidak adanya pegawai yang mengikuti pelatihan guna menjadi petugas khusus itu.
"Dulu ada pegawai kita yang ikut pelatihan petugas PMHP ini, tapi yang bersangkutan pindah tugas ke provinsi," ungkapnya.
Jadi hingga kini, lanjut Rahmadi, pihaknya belum memiliki petugas PMHP karena belum ada pegawai yang mengikuti pelatihan sebagai syarat utama menjadi petugas PMHP.
"Petugas PMHP ini harus pegawai fungsional bukan struktural. Jadi saat ini kita masih memilah pegawai untuk mengikuti pelatihan guna menjadi petugas PMHP," jelasnya.
Terpisah Kabid Promosi dan Penempatan Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Balangan H Rahmi saat dikonfirmasi terkait masalah ini mengatakan, permasalahan ini sebenarnya sudah menjadi bahan evaluasi di BKD  bahkan sudah disampaikan kepemerintah pusat.
Tapi karena kondisi kepegawaian Pemkab Balangan, kata Rahmi, pihaknya tidak bisa melakukan banyak hal.
"Jumlah pegawai kita masih terbatas, jadi tidak memaksa para pegawai untuk harus menjadi petugas khusus itu. Kalau kita paksakan juga ditakutakan bisa menganggu kinerja pegawai terhadap tugas lainnya," pungkasnya. (sugi)

Anggota Polres Dilatih Penanganan Tabung Gas

Anggota Polres Dilatih Penanganan Tabung Gas

PARINGIN, Kebaradaan tabung gas menjadi salah satu kebutuhan pokok rumah tangga, namun keberadaannya sering memberikan rasa was-was bagi pengunanya sebab bisa meledak (terbakar) jika dalam kondisi rusak digunakan.
Mengantisipasi minimnya pengetahuan tentang bahaya tabung gas ini, Polres Balangan mendatangkan PT. Multi Guna Sejati sebagai salah satu distributor Tabung Gas untuk memberikan pengetahuan  tentang penangganan bahaya terjadinya kebakaran akibat tabung gas yang bocor.
"Dalam pelatihan ini anggota kita diberikan bagaimana cara penanganan kebocoran gas dan langkah - langkah yang harus diambil," ujar Wakapolres Balangan Kompol Reinaldo Kamis kemarin.
Diantara materi yang diberikan pada pelatihan ini, kata Reinaldo, cara mencek masa kadaluarga tabung gas, kondisi regulator dan penangan kebocoran saat digunakan.
"Kepada para anggota yang ikut pelatihan ini akan kita intruksikan  untuk meneruskan ilmu penangganan bahaya kebocoran gas elpiji ini kepada masyarakat sekitar maupun di desa binaannya sehingga angka bencana  kebakaran yang sering terjadi akibat kebocoran gas dapat  diminimalisir," pungkasnya. (sugi)

Keaneka Ragaman Budaya Harus Dijaga

Keaneka Ragaman Budaya Harus Dijaga

PARINGIN,  Keaneka ragaman adat budaya yang dimiliki Balangan merupakan sebuah kekayaan daerah yang tak ternilai harganya.
Untuk itulah, Bupati Balangan H Ansharuddin berharap, kekayaan budaya yang telah dijaga oleh para leluhur termasuk masyarakat adat untuk terus dijaga dan dilestarikan.
"Banua kita memiliki berbagai keaneka-ragaman, sama halnya struktur wilayah yang membentang dari dataran rendah hingga ke lereng pegunungan, demikian pula dalam hal adat istiadat, budaya, agama dan keyakinan, kita dianugerahi keaneka-ragaman yang semakin memperkaya daerah kita," beber Ansharuddin.
Sebagai masyarakat, lanjut Anshar, kita harus benar-benar menyadari bahwa keaneka-ragaman dalam berbagai hal yang ada merupakan suatu kekayaan, sehingga harus dipelihara dan lestarikan.
"Tidak kalah penting, di antara berbagai unsur yang berbeda-beda itu harus selalu kita upayakan dan pelihara adanya keselarasan, sehingga semua dapat hidup berdampingan secara harmonis, yang mana situasi demikian merupakan pra-syarat bagi kita untuk dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan tenang, tentram, serta melaksanakan pembangunan menuju lebih maju tanpa meninggalkan adat dan budaya luhur," pungkasnya. (sugi)

Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...