Tumenggung Jalil dan Pemberontakan Banua Lima di Bumi Sanggam
Banyaknya tempat bersejarah baik sejarah perjuangan maupun
peninggalan peradapan kebudayaan di Balangan tidak terlepas dari kondisi
wilayah Balangan yang pada masa silam menjadi pusat pemukiman
masyarakat yang ramai.
Namun sayang, keberadaan situs-situs bersejarah tersebut seakan tidak
terperhatikan keberadaannya sehingga ada beberapa objek bersejarah
kondisinya memerhatinkan.
Salah satu, objek bersejarah yang terlihat kurang terawat dan terkesan
diabaikan ialah situ sejarah Benteng Tundakan yang berada di Desa
Tundakan Kecamatan Awayan. Dimana gerbang masuk kawasan benteng alam
yang dimasa lalu dijadikan benteng pertahanan oleh Pengeran Antasari
saat melawan penjajahan kolonial Belanda terlihat lapuk dan sudah mau
rubuh.
Selain itu, makam yang dipercaya sebagai kubur dari Tumenggung Macan
Negara (Tumenggung Jalil) salah satu pejuang yang gugur dalam peperangan
24 September 1861 saat pasukan Pengeran Antasari mempertahankan Benteng
Tundakan, terlihat tidak terawat.
Salah satu pemerhati sejarah Balangan, dharma setyawan mengungkapkan,
keberadaan situs sejarah bukan hanya sekedar ornamen bukti suatu
peristiwa namun, juga merupakan kawasan yang mempunyai makna kultural
yang berupa nilai keindahan, sejarah, keilmuan, atau nilai sosial untuk
generasi lampau, masa kini, dan masa mendatang.
Benteng Tundakan sendiri, kata Dharma, merupakan salah tempat yang termasuk garis pertahanan Pangeran Antasari di Hulu Sungai.
Khusus perlawan melawan Belanda di Kawasan Banua Lima, Pengeran Antasari
menunjuk Tumenggung Jalil sebagai panglima perang di wilayah Banua Lima
dan diberi gelar Kiai Adipati Anom Dinding Raja oleh Pangeran
Hidayatullah.
“Atas dasar penunjukan itulah, Tumenggung Jalil mempersiapkan beberapa
kubu pertahanan di sekitar Balangan, yaitu benteng Batumandi dan benteng
Kusambi. Benteng Batumandi dipimpin oleh Pangeran Syarif Umar dan
Pangeran Usman serta Demang Lehman, sedangkan Tumenggung Jalil sendiri
mempersiapkan dikawasan Kusambi, Lampihong, Layap dan Muara pitap,”
bebernya.
Keberadaan Benteng Tundakan, lanjut salah staf pengajar di SMAN 1
Paringin ini, merupakan tempat krusial yang digunakan pejuang dibawah
pimpinan Pengeran Antasari sekitar 1858 hingga 1861 silam saat melawan
penjajah Kolonial Belanda.
Namun sayang, kata Dharma pria ini akrab disapa, pada 24 September 1861
sekitar 300 orang tentara Belanda dipimpin oleh Kapten Van Langen dan
Kapten Van Heyden mengepung Benteng Tundakan dan dalam petempuran itu
Tumengung Jalil gugur sebagai pahlawan.
“Ketokohan Tumengung Jalil sebagai tokoh besar pahlawan banjar harus
kitainformasikan, dipelajari dan diteladani. Karena dari sosok seorang
Jalil yang merupakan rakyat bisa (Jaba) kita bisa belajar bagaimana
pentingnya mempertahankan harga diri bangsa yang bermartabat,” bebernya.
Untuk itu, lanjut Alumni Fisip Unlam ini, keberadaan situs sejarah
seperti Benteng Tundakan serta ketokohan Tumengung Jalil agar dipelihara
keberadaannya karena pelestarian situs sejarah akan memberikan ikatan
kesinambungan yang erat, antara masa kini dan masa lalu.
Pemahaman yang dangkal tentang kesejarahan mendegradasi intelektualitas
dan moral generasi muda, jangan lupa bahwa mempelajari sejarah adalah
mengenai mempelajari pengalaman masa lalu untuk merajut masa depan.
“Karena dengan lestarinya situs sejarah kita dapat lebih mudah
mengetahui peristiwa maupun sikap, ide-ide, filosofi, kepercayaan,
keindahan, dan pola kehidupan dimasa lalu yang bisa kita jadikan panutan
dimasa sekarang dan akan datang. Generasi muda yang buta sejarah adalah
generasi yang kehilangan identitas dirinya,” pungkasnya. (sugi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...
-
Tatanjang Alat Menanam Jika Tajak digunakan untuk membersihan lahan pertanian sebelum tanam, maka Tatanjang, Tatujah atau Tatajuk d...
-
Surat Wasiat dan Keris Abu Gagang,, Bismillaahirrahmaanirrahim . Surat Wasiat ini masih tersimpan baik, memiliki perjalanan sejara...
-
Marinjah Mamuntal dan Mahambur Dalam proses bertani (menanam padi) secara tradisional di Kalsel umumnya dan khususnya daerah hul...
No comments:
Post a Comment