Saturday, 10 December 2016


Tatanjang Alat Menanam

Jika Tajak digunakan untuk membersihan lahan pertanian sebelum tanam, maka Tatanjang, Tatujah atau Tatajuk digunakan sebagai alat untuk menanam padi pada sistem pertanian tradisional orang Banua dilahan sawah tadah hujan.
Tatanjang ini biasanya terbuat dari kayu ulin (kayu besi) dan berbentuk hurup T yang digunakan untuk membuat lubang di tanah yang selanjutnya akan ditanami bibit padi.
Kalau dulu, bentuk Tatanjang ini bervasria khusunya pada bagian hulu yang menjadi pegangan. Bentuk (Ukiran) bagian ini pula yang menjadi dasar penamaan masing-masing Tatanjang, misalnya Tatanjuk Burung, Tatanjuk Wayang, Tatanjuk Purus “T”, Tatanjuk Ayam, dan sebagainya.
Menurut Ikhlas Budi Prayogo, yang termuat dalam bukunya Alat Pertanian Tatanjuk Wayang Koleksi Museum Lambung Mangkurat Banjarmasin Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Kalimantan Selatan et.al., 1998/1999 menjelaskan, Tatanjuk Purus “T” adalah bagian dua kayu yang kemudian dipasangkan secara berpotongan hingga membentuk huruf “T”. Tatanjuk Bengkok terbuat dari batang kayu tunggal tanpa sambungan. Bagian pegangan pada hulu tatanjuk ini berbentuk melengkung hingga 45 derajat di bagian hulunya. Sedangkan Tatanjuk Pegangan Tempel merupakan bentuk gabungan antara batang berbentuk bundar yang lancip ujungnya dan bagian lain berupa kayu yang bercabang.
Adalagi namanya, Tatanjuk Cor Kuningan, ini tetap berbahan dasar kayu, akan tetapi ada bahan tambahan yang lain yaitu kuningan. Bahan kuningan digunakan untuk membuat hulu dan membalut bagian ujung tatanjuk. Tatanjuk Burung tatanjuk jenis purus “T” tapi tempat pegangan bagian atas tatanjuk tersebut dibentuk seperti burung yang sedang hinggap di atas dahan. Kalai Tatanjuk Ayam merupakan variasi bentuk yang lain dari tatanjuk. Pada bagian atas atau hulu tatanjuk terdapat pegangan yang berbentuk seperti ayam.
Menurut Hasnah salah satu petani mengatakan, Tatanjang ini digunakan untuk membuat lobang untuk menanam padi.
"Dari dulu kalau Balacak atau Batanam banih (menanam padi) di pahumaan pasti pakai Tatanjang," ungkap warga kecamatan Batumandi ini.
Pengunaan Tatanjang, lanjut ibu tiga anak ini, selain mempermudah penanaman padi juga membantu padi yang baru ditanam kuat berdiri saat setelah ditanam.
"Sudah kebiasa pakai Tatanjang, jadi kalau tidak memakai seakan ada yang kurang saat menanam banih," ujarnya.



Menurut pemerhati pertanian, Anton Ciptady mengatakan, dari sisi Agronomi penggunaan Tatanjang ini menimbulkan kekurangan. Salah satunya adalah tingkat kedalaman dan jarak lubang yang tidak seragam menyebabkan pertumbuhan tanaman padi tidak maksimal. Akibat jarak tidak seragam ini, menurut menurut lulusan Institut Pertanian Malang lulusan Tahun 2007 ini, penyerapan unsur hara dan pemanfaatan energi matahari untuk berfotosintesis menjadi tidak optimal.
"Penggunaan Tatanjang juga tidak efisien karena membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang tidak sedikit. Beda hal jika kita menggunakan mesin Transplanter yang menurut hasil penelitian dapat menambah produktivitas tanam yang mengakibatkan produktivitas hasil juga meningkat," ujar salah satu pegawai di Pemkab Balangan tersebut.
Tapi menurutnya, secara lingkungan dan sosial pengunaan Tanjang ini mempunyai kelebihan yakni, mudah dibuat dan dipakai serta memiliki nilai seni.
"Pengunaan Tatanjang juga sebagai kearifan lokal yang mampu menambah nilai kebersamaan saat bertani," jelas Magister Agronomi Universitas Lambung Mangkurat ini.

No comments:

Post a Comment

Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...