Rotan Balangan Belum Tersentuh Kebijakan
Balangan dengan luasan hutan seluas 83.75689 hektar yang terbagi dua fungsi yakni fungsi produksi seluas 24.248,6 dan fungsi lindung seluas 59.508,3 mempunyai potensi hasil hutan yang sangat beragam.
Salah satunya adalah rotan, tapi sayang salah satu kekayaan sumber daya alam Balangan ini belum tergali dengan maksimal, padahal potensi rotan Balangan cukup menjanjikan karena selain merupakan hasil kekayaan alam yang bisa terus diperbaharui, rotan juga bisa di budidayakan, sehingga keberadaanya harusnya terus diperjuangkan dan didorong pertumbuhannya.
Tapi apa lacur, jangankan mewujudkan masyarakat Kehutanan dan Perkebunan yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan lewat potensi rotan, sekedar pendataan produksi rotan di Balangan pun belum dilakukan.
"Kita belum pernah mendata produksi rotan di Balangan," ujar Patliansyah, Kabid penataan dan pelindungan hutan pada Dishutbun Balangan.
Tidak terdatanya produksi rotan ini, diakui Patliansyah, karena keterbatasan personel penataan dan pelindungan hutan sehingga pendataan tidak bisa dilakukan.
“Meski tidak terdata, tapi potensi rotan Balangan dapat dilihat dari luasan hutan Balangan yang didalamnya menyimpan rotan sebagai kekayaan hayati dan masih adanya warga Balangan yang mencari rotan untuk dijual,’’ bebernya.
Padahal potensi rotan ini, bisa dijadikan salah satu sektor unngulan Kebupaten Balangan untuk dijadikan sumber pendapatan daerah. Ini penting utnuk mengurangi ketergantungan keuangan daerah dari sektor pertambangan, dimana sektor pertambangan masih menjadi penyumbang terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Balangan, bahkan struktur keuangan Pemkab Balangan sesuai isi Raperda APBD TA 2017, pendapatan daerah terbesar ada pada dana perimbang dari sektor pertambangan yakni, Rp755.874.560.589, dari total pendapatan sebesara Rp954.848.733.283. Sedangkan besaran PAD hanya Rp55.712.934.000 dan lain-lain pendapatan daerah yang sah Rp143.261.238.694.
Menurut Wakil Ketua DPRD Balangan M Nor Iswan Pemda masih dinina bobokan sehingga selama ini pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sumberdaya non pertambangan dan usaha dalam menggali sumberdaya penambah penghasilan daerah masih berjalan lambat.
"Sektor yang paling bisa diandalkan saat ini selain pertambangan adalah pertanian dan perkebunan. Untuk itu, harus ada program khusus terkait pencarian sumber pendapatan lain diluar sektor tambang,’’ungkapnya.
Selain pertanian dan perkebunan, kata Iswan, sektor kehutanan juga bisa dijadikan sumber pendapatan alternatif misalnya dengan meningkatkan produksi hasil hutan untuk peningkatan ekonomi masyarakat.
“Kita berharap kedepan sektor kehutan bisa digarap maksimal oleh pemerintah daerah, baik sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat maupun sumber pendapatan pemerintah daerah.
Saturday, 10 December 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...
-
Tatanjang Alat Menanam Jika Tajak digunakan untuk membersihan lahan pertanian sebelum tanam, maka Tatanjang, Tatujah atau Tatajuk d...
-
Surat Wasiat dan Keris Abu Gagang,, Bismillaahirrahmaanirrahim . Surat Wasiat ini masih tersimpan baik, memiliki perjalanan sejara...
-
Marinjah Mamuntal dan Mahambur Dalam proses bertani (menanam padi) secara tradisional di Kalsel umumnya dan khususnya daerah hul...
No comments:
Post a Comment