Saturday, 10 December 2016






Bausung Naga Saat Ba Arak Pangantin.
Jika di Balangan ada tradisi Jalan Baliuk dan Balawang Tujuh Bagunung Api saat persepsi perkawinan, di Hulu Sungai Tengah (HST) ada tradisi unik lainnya yakni, Bausung Pengantin Baarak Naga.
Baarak Naga ini digelar secara bersamaan dengan prosesi baarak pangantin yang disertai diusung sebelum kedua mempelai duduk di pelaminanan.
Menurut salah seorang dalang pewayangan, Ufik (40 tahun) tradisi Baarak Naga saat Bausung Pangantin sudah menjadi tradisi turun temurun.
Baarak Naga ini, kata warga desa Barikin Kecamatan Haruyan ini, ialah dimana sepasang ornamen Naga di letakkan di samping kiri dan kanan untukmenggapit pengantin saat prosesi baarak. Kedua Naga ini bernama Salera dan Wisakutara.
"kalau dulunya, ornamen Naga ini bukan dijadikan arak-arakan, tapi hanya untuk menggapit pengantin di kiri dan kanan saat berada diatas pelaminan atau panggung yang sering disebut Balai," bebernya.
Seiring perkembangan jaman, menurut pengiat Sanggar Anak Pandawa ini, tradisi Baarak Naga hiasan Naga yang digunakan pun dimodifikasi, biasanya mengunakan mobil untuk dihias menjadi Naga dan pengantin yang di arak di duduk di atas badan Naga atau pelaminan kecil yang di dampingi dua orang pengawal dengan pakaian layaknya seorang pengawal sebuah kerajaan dan diiringi dengan musik-musik yang menggunakan alat musik khas banjar seperti Gong, sarunai, gemelan dan sebagaianya.
Tradisi Baarak Naga, lanjut Ufik, sebenarnya tidak menganduk makna arti apa-apa, karena hal tersebut tidak termasuk dalam adat-istiadat pelaksanaan perkawinan. Tetapi menjadi suatu hal yang wajib jikalau sudah ada hajat dari keluarga pengantin ingin mengelar acara Baarak Naga ini.
Legenda adanya tradisi Baarak Naga sendiri, menuru dia, dimulai dengan ada sebuah cerita dimana ada seokor Naga bergelar Rimpang tinggal di sungai yang dalam yang dinami Lok= Liang dan Laga = Naga, dan disebutlah Liang Naga atau tempat Naga yang sekarang berada di desa Mu'ui Kecamatan Haruyan.
Kemudian masyarakat setempat, membuat ornamen Naga terbuat dari kayu yang diletakan dalam Jukung dan digunakan saar acara pengantin.
"Tapi anehnya, Naga yang terbuat dari kayu bergerak seakan hidup. Karena takut ornamen naga ini ditebas oleh warga dengan Parang, tapi ternyata mengeluarkan darah karena tebasan Parang tadi, sehingga di beri gelar si Naga Rimpang," ungkapnya.
Di Desa Barikin Kabupaten HST sendiri, tiap tahunnya masyarakat pasti mengelar tradisi bearak Naga ini meskipun satu kali setahun.

No comments:

Post a Comment

Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...