Saturday 10 December 2016





Balawang Tujuh Bagunung Api Bagi Bagi Janda Yang Kawin Lagi

"Pung pung halu gara gicak giyang-giyang, takumpul sama pada balu jangan bahiri nang bujang, Pung pung halu gara gicak giyang-giyang asal jangan Bamadu dihadangi siang malam. Naik malam, baliliukan balawang tujuh, Bagunung Api" itulah bait pantun yang mengambarkan tradisi unik dalam persepsi perkawinan di Kecamatan Lampihong.
Jika di Kecamatan Juai ada tradisi "Jalan Baliuk" maka di Lampihong ada istilah "Balawang Tujuh Bagunung Api" dimana tradisi ini diperuntukan bagi pasangan pengantin yang berstatus Duda maupun Janda yang melakukan persepsi perkawinan.
Sama seperti tradisi Jalan Baliuk, Balawang Tujuh Bagunung Api ini juga digelar saat malam hari dan diiringi musik khas banjar panting serta gunung api yang terbuat dari puluhan obor yang tancap dirangka yang menyerupai atap rumah atau seperti gunung.
Menurut Hj Asanah (53 tahun), tradisi Balawang Tujuh Bagunung Api dulunya dilaksanakan hampir diseluruh wilayah Balangan, namun kini hanya ada disekitaran Kecamatan Lampihong itupun hanya ada di desa-desa tertentu.
Balawang Tujuh sendiri, kata warga desa Lampihong Kiri Kecamatan Lampihong ini, adalah dimana pasangan pangantin harus terlebih dahulu memasuki pintu (pagar) yang buat sebanyak tujuh kelokan (Liukan) yang dibuat dari sarung perempuan (tapih bahalai) ataupun tali biasa sebelum naik kepelaminan yang berada dalam rumah.
Sedangkan bagunung api, lanjut wanita paru baya ini, adalah puluhan obor yang disusun diatas rangka menyerupai atap rumah atau gunung. Gunung Api ini digunakan saat mengantar (Ma arak) pengantin pria kerumah penganti wanita.
"Tradisinya jika orang yang berstatus janda (Balu) kawin lagi, maka pesta resepsi perkawinan dilakukan malam hari atau diistilahkan Naik Malam. Nah Balawang Tujuh dan Bagunung Api inilah bagian dari hiburan pada pesta resepsinya," jelasnya.
Kalau filosopi dari Balawang Tujuh dan Bagunung Api sendiri, lanjut dia, hingga kini tidak terlalu jelas. Tapi bisa saja, makna dari Balawang Tujuh adalah pesan bagi pasangan yang baru menikah jika dalam berumah tangga banyak pintu (Lawang) yang diasumsikan sebagai masalah harus dilalui secara bersama-sama.
"Kenapa harus jumlahnya Tujuh, mungkin dalam kehidupan kita harus melewati tujuh hari,"
Gelaran tradisi Balawang Tujuh ini, biasanya diiringi oleh musik Panting ataupun musik gemalan sebagai hiburan tambahannya.
"Biasanya musik Panting atau Gemalan ini sudah dimainkan sejak pasangan pria diarak menuju rumah pengantin wanita dan berhenti jika pasangan sudah duduk bersanding didalam rumah," jelasnya

No comments:

Post a Comment

Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...