Saturday, 10 December 2016

Balangan Pasok Kebutuhan Industri Rotan HSU

Balangan sejak dulu sudah dikenal salah satu daerah sentra penghasil rotan di Banua, bahkan menjadi pemasuk utama bagi industri kerajinan rotan di HSU.
Bahkan dulu ketika Balangan masih bagian dari HSU, ditiap kecamatan ada pengumpul besar rotan berbagai jenis untuk dikirim ke Amuntai, Banjarmasin dan Kalteng.
Menurut salah satu mantan pedagang pengumpul rotan, H Sanusi, dulu tahun 1990 hingga 2000an banyak sekali pengumpul rotan yang ada di Balangan.
Bahkan menurut, warga desa Sungai Katapi Kecamatan Paringin ini, hampir tiap desa ada pembeli rotan yang mengumpulkan rotan dari warga yang mencari rotan.
"Wah kita tidak bisa menghitung berapa rotanya yang dihasilkan, tapi tiap minggu itu puluhan truk penuh rotan selalu dikirim dari Balangan keluar daerah," bebernya.
Dulu rotan, lanjut pria paru baya ini, sangat rami dan menjanjikan dimana hampir tiap desa ada warga yang mencari rotan untuk dijual baik itu rotan jenis Paikait (rotan kecil), Walatung (rotan sedang) dan Manau (rotan ukuran besar).
"Tapi sejak tahuan 2005an bisnis rotan mulai berguguran karena para pembelinya tidak adalagi. Ini dampak dari pemerintah yang tidak memperbolehkan ekspor rotan mentah," bebernya.
Semula kata pria akrab disapa H Pasirah ini, dirinya bisa mengirim puluhan truk rotan tiap bulanny untuk dijual ke Banjarmasin dan Amuntai.
"Akibat ada aturan yang melarang ekspor bahan mentah ini jadi penyebab turunya permintaan rotan, sehingga rotan tidak laku. Padahal potensi rotan kita sangat menjanjikan jika dijadikan salah satu potensi ekonomi masyarakat," ungkapnya.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan H Misbah yang merupaka salah satu perajin rotan di Amuntai.
"Dulu selain membuat kerajinan rotan, saya juga mengirim rotan mentah secara langsung untuk dijual," ujar Desa Sungai Limas Kecamatan Haur Gading Kabupaten HSU ini.
Tapi sekarang, lanjut pria berusia 42 tahun ini, dirinya hanya bisa menjual rotan dalam bentuk jadi, baik itu bentuk mebel maupun benda kerajinan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
"Rotan yang saya pakaian kebanyak dari Kalteng dan Balangan selain itu tidak ada. Itupun jumlahnya terbatas sesuai dengan kemampuan produksi dan permintaan," ungkap ayah dua anak ini.
Lain seperti dulu, kata Misbah, dimana sebanyak apapun rotan yang ada pasti dibeli karena untuk menjual kembali kepedagang besar di Banjarmasin maupun di Surabaya sangat mudah dan harganya pun tinggi.
"Tapi sejak tidak boleh menjual rotan mentah, permintaan rotan juga turun drastis. Sejak itulah, industri rutan mulai redup dan mati,"jelasnya.

No comments:

Post a Comment

Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...