JALAN BALIUK MASIH LESTARI DI JUAI
Kalimantan
Selatan dengan keragaman etnis dan suku, juga memiliki keragaman adat istiadat,
tradisi, dan budaya. Salah satunya dalam resepsi perkawinan. Tak hanya tradisi
yang mungkin sudah umum didengar seperti Pangantin
Bausung atau biasa pula disebut Usung Jinggung, Kalimantan Selatan juga
memiliki segudang tradisi unik lainnya, seperti tradisi Jalan Baliuk (Jalan
Berkelok) yang hingga kini masih dilestarikan turun temurun oleh warga desa
Marias, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan.
Menurut
salah satu tokoh masyarakat Desa Marias, Haji Syaprani (64 tahun), tradisi Jalan Baliuk ini sudah menjadi tradisi yang pasti dilakukan
pada setiap resepsi perkawinan di desanya. Tradisi ini dilakukan pada malam
hari sesudah siangnya digelar resepsi kedua mempelai. Lokasinya yaitu di tengah
tanah lapang yang sudah dibuat jalur semacam labirin yang berkelok-kelok.
“Keunikan
tradisi ini, pengantin harus masuk ke jalur kotak-kotak (labirin) yang dibuat
dari tali. Kedua mempelai masuk dari dua pintu yang berseberangan dan harus
bisa bertemu di tengah-tengah,” terang Syaprani.
Untuk
menjalani tradisi ini, pasangan pengantin ditemani tiga orang Pantul (orang bertopeng). Satu di antara
tiga Pantul ini, bertugas sebagai penunjuk jalan dan dua lainnya
sebagai pengiring.
“Tradisi
Jalan Baliuk ini diiringi music gamelan dari awal sampai akhir,” ujar Syaprani.
Tradisi
Jalan Liuk ini bukan sekadar hiburan. Tetapi lebih dari itu, mengandung
pembelajaran yang sarat dengan makna.
“Tradisi
ini sebenarnya adalah nasihat bagi pasangan pangantin, bahwa dalam mengarungi
kehidupan rumah tangga nantinya pasti akan mengalami berbagai masalah. Kehidupan
rumah tangga tidak akan hanya mengalami jalan yang lurus atau senang semata,
melainkan juga kesusahan atau jalan yang berkelok (jalan baliuk),” jelas
Syaprani.
Syaprani
menyebutkan bahwa di lingkungan tempat tinggalnya juga ada sejumlah tradisi
lain yang juga masih lestari. Di antaranya Pengantin
Bausung, Bahantu Sandah, dan Basisingaan.
Hantu Sandah
adalah sejenis ondel-ondel tapi wajahnya dibuat seram. Adapun Sisingaan merupakan duplikat singa yang
dimainkan oleh dua orang seperti barongsai.
“Hantu Sandah dan Sisingaan ini menggambarkan makhluk dari gunung atau hutan yang
dating ke tempat keramaian. Kalau Pangantin
Bausung, mungkin cukup dikenal di kalangan masyarakat, yaitu pasangan
pengantin diarak dengan diusung di pundak orang yang dipercayai untuk
mengusungnya, diiringi tetabuhan musik tradisional dan tari-tarian,” Pungkas
Syaprani. (Sugi)
No comments:
Post a Comment