Sunday, 19 February 2017

JALAN BALIUK MASIH LESTARI DI JUAI




JALAN BALIUK MASIH LESTARI DI JUAI
Kalimantan Selatan dengan keragaman etnis dan suku, juga memiliki keragaman adat istiadat, tradisi, dan budaya. Salah satunya dalam resepsi perkawinan. Tak hanya tradisi yang mungkin sudah umum didengar seperti Pangantin Bausung  atau biasa pula disebut Usung Jinggung, Kalimantan Selatan juga memiliki segudang tradisi unik lainnya, seperti tradisi Jalan Baliuk  (Jalan Berkelok) yang hingga kini masih dilestarikan turun temurun oleh warga desa Marias, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan.
Menurut salah satu tokoh masyarakat Desa Marias, Haji Syaprani (64 tahun), tradisi Jalan Baliuk  ini sudah menjadi tradisi yang pasti dilakukan pada setiap resepsi perkawinan di desanya. Tradisi ini dilakukan pada malam hari sesudah siangnya digelar resepsi kedua mempelai. Lokasinya yaitu di tengah tanah lapang yang sudah dibuat jalur semacam labirin yang berkelok-kelok.
“Keunikan tradisi ini, pengantin harus masuk ke jalur kotak-kotak (labirin) yang dibuat dari tali. Kedua mempelai masuk dari dua pintu yang berseberangan dan harus bisa bertemu di tengah-tengah,” terang Syaprani.
Untuk menjalani tradisi ini, pasangan pengantin ditemani tiga orang Pantul (orang bertopeng). Satu di antara tiga Pantul  ini, bertugas sebagai penunjuk jalan dan dua lainnya sebagai pengiring.
“Tradisi Jalan Baliuk ini diiringi music gamelan dari awal sampai akhir,” ujar Syaprani.
Tradisi Jalan Liuk ini bukan sekadar hiburan. Tetapi lebih dari itu, mengandung pembelajaran yang sarat dengan makna.
“Tradisi ini sebenarnya adalah nasihat bagi pasangan pangantin, bahwa dalam mengarungi kehidupan rumah tangga nantinya pasti akan mengalami berbagai masalah. Kehidupan rumah tangga tidak akan hanya mengalami jalan yang lurus atau senang semata, melainkan juga kesusahan atau jalan yang berkelok (jalan baliuk),” jelas Syaprani.
Syaprani menyebutkan bahwa di lingkungan tempat tinggalnya juga ada sejumlah tradisi lain yang juga masih lestari. Di antaranya Pengantin Bausung, Bahantu Sandah, dan Basisingaan.
Hantu Sandah adalah sejenis ondel-ondel tapi wajahnya dibuat seram. Adapun Sisingaan merupakan duplikat singa yang dimainkan oleh dua orang seperti barongsai.
Hantu Sandah dan Sisingaan ini menggambarkan makhluk dari gunung atau hutan yang dating ke tempat keramaian. Kalau Pangantin Bausung, mungkin cukup dikenal di kalangan masyarakat, yaitu pasangan pengantin diarak dengan diusung di pundak orang yang dipercayai untuk mengusungnya, diiringi tetabuhan musik tradisional dan tari-tarian,” Pungkas Syaprani. (Sugi)

No comments:

Post a Comment

Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...