ARUH
ADAT MASYARAKAT DAYAK HALONG, MENJADI DESTINASI WISATA BUDAYA DI BALANGAN
Tabuhan musik tradisional khas Dayak Meratus Halong mengiringi derap langkah para penari
yang sudah berusia uzur membawakan tarian Gintur Dadas pada Aruh Buntang Puja
Mea Adat Ma'ayan.
Tarian Gintur Dadas dipercaya masyarakat suku Dayak lereng Meratus, Halong, untuk mendatangkan roh nenek
moyang yang sudah lama meninggal dunia dan para dewa agar datang lalu bertemu dengan keluarga pemilik hajat.
Tidak banyak alat musik yang dimainkan, hanya babun dan
kanung. Setelah Balian mengucapkan mamang atau mantra, empat orang perempuan
paruh baya melakukan ritual tarian Gintur Dadas dengan hentakan kaki.
Para penari kemudian mengundang tamu undangan menari
bersama mengelilingi sesajen di tengah balai berupa beras biasa, beras ketan
dan jenis makanan lainnya.
Selain sesajen, di sekeliling balai juga tersedia
beberapa guci tua yang menurut warga setempat sebagai tempat untuk para roh
perempuan yang datang, sedangkan roh laki-laki hanya bertengger di atap balai.
"Ini sebagai wujud rasa terima kasih kami selaku
keturunan kepada para nenek moyang, karena telah melahirkan serta mengajarkan
arti hidup," ujar Bikhu Karuna, selaku keluarga pemilik hajat.
Selain untuk hajat suatu keluarga, Aruh Adat yang dikatakan
Bikhu Karuna menghabiskan dana sekitar 100 juta lebih ini, juga sebagai rasa
syukur atas keberhasilan panen yang hasilnya melimpah ruah.
"Kalau gagal panen, kami tidak menggelar Aruh,"
ujarnya.
Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Balangan, Mandan, menerangkan, tarian Gintur Dadas digelar pada puncak
acara Aruh Adat yang ritualnya sudah dimulai sejak sepekan sebelumnya.
"Pada hari sebelumnya juga ada beberapa
ritual tarian, tapi itu cuma tarian Gintur biasa untuk
persembahan," terangnya. (wahyudi)
No comments:
Post a Comment