BATUMANDI,
PUSAT MANDAI YANG TAK ADA MATINYA
Mau musim cempedak atau tidak, sepanjang pinggiran jalan utama Kecamatan
Batumandi dipenuhi pedagang mandai, kuliner khas Banjar, Kalimantan Selatan.
Tak heran jika pedagang mandai menjamur di Batumandi, karena
pohon cempedak dapat ditemui di setiap sudut kecamatan
yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
ini.
Uniknya, meski musim buah cempedak telah berlalu namun
pedagang mandai yang terbuat dari kulit cempedak tetap konsisten berjejer
dengan toples-toples tersusun rapi di depan rumah masing-masing.
Mandai yang mempunyai rasa gurih ini, biasanya dijadikan
warga sebagai penambah selera makan. Terlebih apabila digabung dengan makanan
khas Banjar lainnya, seperti papuyu baubar.
Salah seorang pedagang, Bayah (50 tahun) mengungkapkan, cara mengolah mandai tidaklah terlalu
sulit dan
peralatan yang digunakan pun sederhana.
"Kulit cempedak dikupas lalu direndam di dalam
gayung, kemudian ditambahi garam sebagai penambah rasa agar semakin sedap dan
tetap awet," jelasnya.
Akan tetapi, lanjutnya, kalau takaran garamnya tidak pas, maka mandai
bisa cepat busuk, lemah dan tak enak lagi dimakan.
"Penjualan mandai yang paling tinggi
adalah saat musim haji, karena
hampir semua jemaah sebelum berangkat haji pasti membeli mandai untuk bekal
selama menunaikan ibadah haji," ungkapnya.
Kemasan mandai terbilang sangat sederhana, hanya
menggunakan toples bekas permen atau sosis. Harganya sendiri bervariasi,
tergantung besaran toples, dari Rp 10 ribu sampai Rp 40 ribu per toples.
Keberadaan mandai Batumandi kini semakin dikenal di
beberapa daerah, karena rasanya yang gurih dan renyah saat digoreng. Di hari
biasa rata-rata Bayah mampu menjual 10 toples kecil, belum lagi jika memasuki
bulan puasa, penjualan mencapai 50 kilogram perharinya.
"Kata setiap pembeli yang mengaku dari luar
Balangan, dia memilih untuk membeli mandai di sini karena menurutnya rasanya
beda dengan mandai yang ada di daerah lain," ujarnya.
Seiring dengan semakin larisnya mandai di pasaran,
pedagang mandai yang sebelumnya hanya satu atau dua orang, sekarang malah
semakin menjamur, dan bisa ditemui hampir di depan rumah tiap penduduk. Oleh karena itulah, memang
tepat menjadikan Batumandi menjadi pusat oleh-oleh di Kabupaten Balangan, sebagaimana daerah lain
yang mempunyai kawasan sentra oleh-oleh khas daerahnya masing-masing.
Pemerintah Kabupaten Balangan memprogramkan pemberian modal kepada warga yang berminat
untuk membuka usaha kecil-kecilan atau UMKM yang berdagang oleh-oleh khas Balangan.
Bahkan sekarang, sudah ada salah satu UMKM yang membuat
terobosan baru dalam mengolah mandai, yaitu berbentuk cryspi. Produk
mandai cryspi yang bisa dimakan langsung seperti krupuk ini dikemas rapi dalam
bungkus plastik dan diberi label merk.
Mandai
crsypi ini telah diperkenalkan di
berbagai pameran. Meskipun
harga satuannya masih tergolong mahal, Rp20.000, namun pemesanan mandai cryspi
setiap harinya antre hingga
membuat pengrajinnya yang berdomisili di Batumandi cukup kewalahan.
No comments:
Post a Comment