Sunday, 19 February 2017

BATUMANDI, PUSAT MANDAI YANG TAK ADA MATINYA




BATUMANDI, PUSAT MANDAI YANG TAK ADA MATINYA
Mau musim cempedak atau tidak, sepanjang pinggiran jalan utama Kecamatan Batumandi dipenuhi pedagang mandai, kuliner khas Banjar, Kalimantan Selatan.
Tak heran jika pedagang mandai menjamur di Batumandi, karena pohon cempedak dapat ditemui di setiap sudut kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini.
Uniknya, meski musim buah cempedak telah berlalu namun pedagang mandai yang terbuat dari kulit cempedak tetap konsisten berjejer dengan toples-toples tersusun rapi di depan rumah masing-masing.
Mandai yang mempunyai rasa gurih ini, biasanya dijadikan warga sebagai penambah selera makan. Terlebih apabila digabung dengan makanan khas Banjar lainnya, seperti papuyu baubar.
Salah seorang pedagang, Bayah (50 tahun) mengungkapkan, cara mengolah mandai tidaklah terlalu sulit dan peralatan yang digunakan pun sederhana.
"Kulit cempedak dikupas lalu direndam di dalam gayung, kemudian ditambahi garam sebagai penambah rasa agar semakin sedap dan tetap awet," jelasnya.
Akan tetapi, lanjutnya, kalau takaran garamnya tidak pas, maka mandai bisa cepat busuk, lemah dan tak enak lagi dimakan.
"Penjualan mandai yang paling tinggi adalah saat musim haji, karena hampir semua jemaah sebelum berangkat haji pasti membeli mandai untuk bekal selama menunaikan ibadah haji," ungkapnya.
Kemasan mandai terbilang sangat sederhana, hanya menggunakan toples bekas permen atau sosis. Harganya sendiri bervariasi, tergantung besaran toples, dari Rp 10 ribu sampai Rp 40 ribu per toples.
Keberadaan mandai Batumandi kini semakin dikenal di beberapa daerah, karena rasanya yang gurih dan renyah saat digoreng. Di hari biasa rata-rata Bayah mampu menjual 10 toples kecil, belum lagi jika memasuki bulan puasa, penjualan mencapai 50 kilogram perharinya.
"Kata setiap pembeli yang mengaku dari luar Balangan, dia memilih untuk membeli mandai di sini karena menurutnya rasanya beda dengan mandai yang ada di daerah lain," ujarnya.
Seiring dengan semakin larisnya mandai di pasaran, pedagang mandai yang sebelumnya hanya satu atau dua orang, sekarang malah semakin menjamur, dan bisa ditemui hampir di depan rumah tiap penduduk. Oleh karena itulah, memang tepat menjadikan Batumandi menjadi pusat oleh-oleh di Kabupaten Balangan, sebagaimana daerah lain yang mempunyai kawasan sentra oleh-oleh khas daerahnya masing-masing.
Pemerintah Kabupaten Balangan memprogramkan pemberian modal kepada warga yang berminat untuk membuka usaha kecil-kecilan atau UMKM yang berdagang oleh-oleh khas Balangan.
Bahkan sekarang, sudah ada salah satu UMKM yang membuat terobosan baru dalam mengolah mandai, yaitu berbentuk cryspi. Produk mandai cryspi yang bisa dimakan langsung seperti krupuk ini dikemas rapi dalam bungkus plastik dan diberi label merk.
 Mandai crsypi ini telah diperkenalkan di berbagai pameran. Meskipun harga satuannya masih tergolong mahal, Rp20.000, namun pemesanan mandai cryspi setiap harinya antre hingga membuat pengrajinnya yang berdomisili di Batumandi cukup kewalahan.

No comments:

Post a Comment

Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...