Friday, 8 April 2016
Menelaah Arsitektur Eropa Zaman Kolonial Di Bumi Sanggam
PARINGIN, Dari sekian banyak situs peninggalan arkeologi di Kabupaten Balangan ternyata pengaruh kehidupan kolonial dimasa penjejahan Belanda menghasilkan situs peninggalan budaya berupa bangunan dengan arsitektur bergaya Eropa.
Menurut data hasil penelitian Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB) Pontianak dari delapan Kecamatan di Balangan, tersebar situs-situs peninggalan arkeologi di 24 desa, diantaranya rumah dengan arsiktektur bergaya Eropa peninggalan zaman kolonial yang terletak di Desa Simpang Tiga Kecamatan Lampihong sebanyak dua buah dan satu buah di Desa Muara Ninian Kecamatan Juai.
Salah satu rumah dengan arsiktektur bergaya Eropa peninggalan zaman kolonial yakni, rumah milik Alm. H. N. Iffansjah Hanafie bin Handran yang dibangun pada tahun 1926 terletak di seberang pasar Desa Ninian Kecamatan Juai.
Rumah ini, lebih dikenal dengan sebutan Rumah Batu atau Rumah Belanda. Selaian mempunyai denah menyerupai hurup U khas rumah Eropa khususnya Belanda, bahan bangunan pun mengunakan beton untuk bagian pondasi bawah mulai dari pondasi hingga lantai untuk seluruh bagian rumah, sedangkan bangunannya menggunakan bahan kayu, khusus lantai rumah mengunakan teraso warna gelap (hitam/hijau) untuk ruang tamu, sedangkan ruang keluarga dan kamar tidur mengunakan teraso warna kuning kecoklatan dan abu-abu.
Rumah dengan persegi empat 20×20 meter dengan tinggi hampir 12 meter serta menggunakan atap sirap itu, hingga kini masih kukuh berdiri menjadi aksi hidup perjalanan Balangan.
“Pemilik rumah ini yakni, Alm. H. N. Iffansjah Hanafie bin Handran merupakan putra kelahiran Amuntai 28 Februari 1939 yang kini keluarga besarnya berada di Jakarta,’’ ujar Suriansyah (57) yang kini mendiami rumah Batu tersebut.
Sebetulnya rumah tersebut, lanjut keponakan , Alm. H. N. Iffansjah Hanafie ini, dibangun semasa ayah H. N. Iffansjah Hanafie masih hidup lalu kemudian diwariskan kepada beliau.
Namun sejak sekitar tahun 1975, kata Suriansyah, Alm. H. N. Iffansjah Hanafie berhenti mengeluti usaha karet lalu pindah ke Jakarta, sejak itulah rumah Batu dipercayakan kepada H. Kurdi yang merupakan ayah dari Suriansyah yang mendiami rumah tersebut hingga kini.
Suriansyah menilai, rumah milik Iffansyah ini, berarsiktektur bergaya Eropa peninggalan zaman kolonial karena beliau merupakan bagian dari keluarga seorang pengusaha kaya yang sering melakukan perjalanan keluar daerah.
“Wajar rumah ini bergaya rumah Belanda, karena ayah beliau Alm. Handran merupakan orang kaya pada jamannya. Sehingga membuat rumah berarsiktektur bergaya Eropa sesuai pada zaman kolonial Belanda menandakan kemapan ekonomi keluargannya,’’ jelas.
Meski rumah berarsiktektur Eropa khususnya Belanda, kata Suriansyah, tidak pernah ada cerita mengenai kedekatan ataupun hubungan keluarga Alm. H. N. Iffansjah Hanafie dengan kaum penjajah Belanda.
“Menurut sejarah, tidak ada hubungan khusus keluarga Alm. H. N. Iffansjah Hanafie dengan kaum penjajah. Meski bangunan rumah miliknya berarsiktektur Eropa pada jaman kolonial,’’ tegasnya.
Selain itu, rumah Batu ini juga sempat digunakan oleh TNI selama empat tahun yakni, mulai tahun 1959 hingga 1963 sebagai Pos penjagaan untuk keamanan dari gangguan gerakan Ibnu Hajar di Wilayah Balangan.
“Rumah Batu ini pernah digunakan para Mondrik (pasukan TNI dan Polisi) untuk pos penjagaan dari para gerombolan (kelompok Ibnu Hajar),’’ beber Suriansyah.
Selain rumah Batu ini, tambahnya, ada dua pos penjagaan lagi yang digunakan oleh para Mondrik guna menyisir para gerombolan yakni, di Desa Sungai Batung kecamatan Juai dan di Kecamatan Halong.
Dharma Setyawan guru sejarah di SMAN 1 Paringin mengungkapkan, keberadaan rumah dengan arsiktektur bergaya Eropa peninggalan zaman kolonial tidak terlepas dari kehidupan sosial pemilik rumah yang rata-rata pengusaha karet pada masa kolonial.
Wilayah Balangan dimasa kolonial, menurut lulusan FKIP Pendidikan Sejarah Universitah Unlam ini, merupakan wilayah penghasil karet dengan jumlah besar.
“Sehingga sebetulnya keberadaan Belanda di wilayah Balangan selain upaya pengamanan dan menjalankan pemerintahan di Kewedanan Balangan juga lebih kepada penguasaan produksi karet yang ada,” bebernya. (sugi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...
-
Tatanjang Alat Menanam Jika Tajak digunakan untuk membersihan lahan pertanian sebelum tanam, maka Tatanjang, Tatujah atau Tatajuk d...
-
Surat Wasiat dan Keris Abu Gagang,, Bismillaahirrahmaanirrahim . Surat Wasiat ini masih tersimpan baik, memiliki perjalanan sejara...
-
Marinjah Mamuntal dan Mahambur Dalam proses bertani (menanam padi) secara tradisional di Kalsel umumnya dan khususnya daerah hul...
No comments:
Post a Comment