Menalaah Bangunan Arsiktektur Eropa Zaman Belanda II
PARINGIN, Distrik Balangan adalah bekas distrik (kawedanan) yang
merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Alabio dan
Balangan pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Kini wilayah distrik
ini telah berkembang menjadi Kabupaten Balangan.
Ditinjau dari sisi sejarah, khususnya pada masa perjuangan fisik melawan
Belanda, Balangan memang berbeda dari HSU. Pertahanan Amuntai dipegang
oleh pemerintahan militer Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi
IV Kalimantan dengan sebutan “BN. 5”, sedangkan Paringin punya kode “R.
27 – B”.
Pada masa kolonial, guna memaksimalakan produksi karet di seluruh
wilayah adBalangan pemerintah kolonial Belanda mempunyai strategi khusus
dalam perniagaan karet. Dimana strategi khusus itu, dinamakan system
kupon, yaitu hadiah yang diberikan setiap tahunnya bagi pemilik kebun,
karet yang selalu memelihara kebun karetnya dengan baik sehingga terawat
dan bersih serta hasil sadapannya yang baik.
Strategi yang dijalankan Belanda guna mengambil keuntungan sebagai pihak
pemegang monopoli perdagangan karet dalam jumlah besar ini ternyata,
cukup efektif untuk memancing pemilik kebun karet memelihara kebun karet
dan kualitas karetnya sehingga meningkatkan pendapatan para pemilik
kebun.
Masa kejayaan karet ini menjadikan para pemilik kebun besar mempunyai
kemapanan ekonomi dimasanya. Sehingga mereka mempunyai kesempatan
membangun rumah berasektektur Eropa yang digabung dengan arsiktektur
yang dikenal dengan istilah Rumah Kuna.
Ada tiga buah rumah Kuna di Kabupaten Balangan tepatnya di Desa Simpang
Tiga dan Hilir Pasar Kecamatan Lampihong yang dibangun pada masa
kolonial Belanda yang dibangun sekitar tahun 1932.
Ketiga rumah Kuna ini masing-masing milik Alm. H. Sjoekoer dan Alm. H
Densi di Desa Simpang Tiga sedangkan satu lagi rumah Kuna milik Alm. H.
Sulaiaman yang merupakan Alm. H Densi di Desa Hilir Pasar, namun sayang
rumah ini terlihat kurang terawat bila dibandingkan dengan kedua rumah
Kuna lainnya. Diketahui Alm. H. Densi merupakan pemilik kebun karet
besar di wilayah Batu Mandi pada masa kolonial Belanda.
Arsitektur rumah Kuna ini merupakan perpaduan antara arsitektur
tradisional dengan arsitektur Eropa. Arsitektur Eropa ditandai dengan
pengunaan beton pada bagian depan ataupun bawah (lantai) sedangkan
arsitektur tradisional ditegaskan dengan bentuk rumah panggung dan
bentuk pintu dan jendela yang tinggi besar. Fasat depan penuh dengan
jendela kupu-kupu yang berbentuk angin-angin. Ciri tradisional lainnya
ditandai dengan adanya makam dan kolam air di samping rumah (rumah milik
Alm. H. Sjoekoer). Selain itu, rumah Kuna milik Alm. H. Densi pada
bagian depannya ada bangunan kecil seperti pos penjagaan. Bangunan kecil
ini adalah rumah uang (brankas) yang digunakan untuk menyimpan uang
hasil penjualan karet pada masa itu, hal ini membuktikan wilayah
Balangan secara umum pernah mengalami jaman kejayaan karet dimasa
kolonial Belanda.
’’Rumah Kuna milik Alm. H. Sjoekoer juga pernah dipakai oleh tentara
Belanda saat masa revolusi pada tahun 1948-1949,’’ ujar Johansyah
(63thn) salah satu warga Desa Simpang Tiga.
Rumah Kuna milik Alm. H. Sjoekoer, menurut Johansyah, dipilih Belanda
sebagai pos tentaranya karena letaknya yang strategis yakni, terletak di
pinggir jalan raya Amuntai-Paringin dan juga hanya berjarak sekitar 100
meter dari sungai Balangan.
Sehingga dengan menempati rumah tersebut, pihak Belanda dengan leluasa
melakukan mobilisasi pasukan dari Amuntai ke Paringin akan lebih mudah
baik lewat jalan darat maupun melaui jalur air yakni, mengunakan sungai
Balangan yang bermuara ke daerah Amuntai ataupun Alabio hingga ke sungai
Barito.
Kini Rumah Kuna milik Alm. H. Sjoekoer tersebut, kini ditempati oleh sang cucu yakni, H Farhan bin H Halidi.
“Saat Belanda memakai rumah kami sebagai markasnya, Ayah dan kakek pergi
mengungsi ke tempat keluarga lain yang juga berada di Lampihong,”
ungkap H Farhat.
Setelah Belanda pergi, kata H Farhat, keluarganya kembali menempati rumah tersebut.
“Namun sebelum ditempati. Rumah ini dibersihan secara aturan Islam
yakni, disucikan menggunakan tanah (di Satru),” bebernya. (sugi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Waspada Kematian Bayi Masyarakat khususnya para orang tua, dimintai mewaspadai pada bulan februari sampai April mendatang. ...
-
Tatanjang Alat Menanam Jika Tajak digunakan untuk membersihan lahan pertanian sebelum tanam, maka Tatanjang, Tatujah atau Tatajuk d...
-
Surat Wasiat dan Keris Abu Gagang,, Bismillaahirrahmaanirrahim . Surat Wasiat ini masih tersimpan baik, memiliki perjalanan sejara...
-
Marinjah Mamuntal dan Mahambur Dalam proses bertani (menanam padi) secara tradisional di Kalsel umumnya dan khususnya daerah hul...
No comments:
Post a Comment